Jakarta (3/11) -- Kepala BNP2TKI, Nusron Wahid, memastikan bahwa BNP2TKI akan melakukan pelayanan yang terbaik bagi para korban kapal pengangkut TKI yang tenggelam dalam pelayaran dari Malaysia.
"Kami memastikan bahwa BNP2TKI akan terus berkomunikasi dan berkoordinasi langsung dengan pihak pihak terkait di lapangan seperti BNPB dan Polda Kepri serta Pemerintah Provinsi Kepri. Saya sudah perintahkan Kepala BP3TKI Tanjung Pinang, Kombes Pol Ahmad Ramdhan, untuk bertindak cepat dan tepat dalam penanganan peristiwa tenggelamnya kapal pengangkut TKI tersebut," demikian disampaikan Nusron Wahid dalam siaran persnya, 2/11.
Seperti diketahui, kapal nahas yang mengangkut 93 TKI tenggelam dalam pelayaran dari Malaysia menuju Kepulauan Riau, pada Rabu, 2 November 2016, sekitar pukul 03.40 pagi. Sebagaimana data yang diperoleh dari Kepala BP3TKI TanjungPinang, Kombes Pol Ahmad Ramadhan, sampai malam ini (2/11) data TKI yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia sebanyak 18 orang.
Menurut Kepala BP3TKI Tanjung Pinang, Kombes pol. Ahmad Ramadhan, "Peristiwa tersebut terjadi karena pada akhir tahun antara Oktober sd Desember di negara Malaysia sedang gencar-gencarnya dilaksanakan razia oleh pihak imigrasi dan polis Diraja Malaysia. Untuk menghindari razia para TKI Nonprosedural/ilegal ini kembali ke Indonesia melalui pelabuhan tidak resmi dan berangkat pada malam hari. Karena malam hari pengawasan berkurang dan tiba di batam saat masih dini hari. Namun nasib naas menimpa mereka, cuaca buruk juga over load, dan kapal yang tidak layak berlayar serta tidak dilengkapi perlengkapan pengaman seperti pelampung membuat musibah."
Kabag Humas yang juga juru bicara BNP2TKI, Servulus Bobo Riti, menyatakan bahwa peristiwa tersebut sangat memprihatinkan disaat Pemerintah terus mengedukasi dan mensosialisasikan prosedur keberangkatan dan kepulangan sebagai TKI melalui jalur prosedural, selalu masih ada yang punya pilihan lain. Tanpa berburuk sangka, peristiwa semacam itu tetap akan terjadi lagi karena itulah pilihan. Tanpa mengurangi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat, mereka yang hidup atau selamat tahu bila beberapa bulan yang lalu ada kapal tenggelam.
Pilihan hidup mereka untuk kembali sebagai TKI dengan kapal yang tidak berkelaikan resmi karena banyak ditipu calo atau karena alasan-alasan yang mereka sendiri tahu dan sadari. Disisi lain, pilihan karena proses cepat murah yang tanpa melalui proses langsung kerja. Sekalipun BNP2TKI sudah berupaya seoptimal mungkin melalui edukasi dan sosialisasi di daerah sumber TKI, akan tetapi modus operandi non prosedural akan selalu memiliki pilihan karena soal demand dan supply yang difasilitasi oleh para aktor pasar gelap baik di Indonesia maupun di negara tujuan seperti Malaysia. (***)