Bisnis.com, JAKARTA - Industri mebel lokal harus bisa meraih pertumbuhan hingga 12% untuk mencapai target ekspor hingga US$5 miliar pada 2019. Namun, menggapai angka itu tidak mudah karena pertumbuhan tahun ini baru 4%.
Wakil Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur menilai target ekspor barang mebel dan kerajinan yang mencapai US$5 miliar tidak mudah karena pertumbuhan industri masih terhambat oleh berbagai regulasi.
“Untuk mencapai ekspor senilai US$5 miliar memang tidak mudah. Dan untuk mencapai itu pertumbuhan usaha harus mencapai 12%, padahal sekarang baru 4%. Tapi ini harus dilakukan karena Vietnam ekspornya sudah US$7 miliar. Sekarang kami baru US$1,92 miliar,” ujarnya di Jakarta pada Kamis (13/10).
Target ekspor mebel US$5 miliar dibagi menjadi US$3,8 miliar untuk mebel dan kerajinan mencapai US$1,2 miliar.
Dia memaparkan hambatan yang dihadapi industri sekarang antara lain bunga bank yang masih tinggi, yaitu sekitar 11,5%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang sudah 6% dan China 1,8%.
Sobur mengakui untuk mengejar pasar dalam negeri lebih sulit karena pasar domestik dibanjiri dengan barang impor dari China yang dilabeli dengan harga lebih murah. Hal itu karena proses produksi dalam negeri membutuhkan biaya energi lebih tinggi.
“Pasar domestik belum bisa digarap, padahal nilai sekitar US$6 miliar dan yang memenangkan China yang dijual di peritel seperti Ikea, maka kami mikirnya ekspor. Mungkin 5-10 tahun yang akan datang kami bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri,” paparnya.