Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian meminta PT Kaltim Methanol Indonesia untuk bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal untuk membangun pabrik methanol menjadi olefin.
Saat ini PT Kaltim Methanol Indonesia (KMI) menjajaki investasi yang diprediksi mencapai US$900 juta untuk membangun pabrik methanol berkapasitas 1 juta ton di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan institusinya menginginkan PT Kaltim Methanol Indonesia bisa membangun fasilitas produksi turunan methanol sampai olefin, seperti polietilena dan propilena.
Selain itu, pihaknya juga mendorong perusahaan bisa bergabung bersama PT Pupuk Indonesia dan Ferrostaal yang akan membangun pabrik urea dan methanol menjadi olefin.
"Nilai investasinya belum ditetapkan. Tapi tergantung, kalau cuma sampai methanol US$900 juta, tapi sampai polietilena atau propilena bisa US$2 miliar. Kami minta mereka mempercepat kolaborasi karena kalau petrokimia berdiri sendiri bisa merugi,” katanya di kantor Kementerian Perindustrian, Rabu (28/9/2016).
Kementerian Perindustrian belum bisa memastikan kolaborasi tersbut karena selain PT KMI, ada perusahaan lain yang juga mengaku tertarik, seperti LG Chemicals.
Adapun alokasi gas bagi perusahaan mencapai 90 million metric standard cubic feet per day (MMsfcd). Namun, rencana investasi ini terpaksa harus menunggu karena alokasi gas di Teluk Bintuni baru kelaur 2021.
“Kendalanya di harga gas karena forum gas saja bilang kalau harganya US$6 tidak ada gunanya, sampai di pabrik US$12 juga. Jadi tidak ada pengaruhnya,” paparnya.
Apalagi, investor di Teluk Bintuni masih menunggu realisasi penurunan harga gas, sedangkan sekarang harga gas di Teluk Bintuni mencapai US$9–US$10 per MMbtu.
Sebelumnya, PT KMI juga tengah melakukan ekspansi usaha untuk mengembangkan kapasitas produksi methanol di Bontang, Kalimantan Timur, yang menghabiskan dana sekitar US$600 juta-US$800 juta. Targetnya, pabrik beroperasi pada 2018.
Kapasitas terpasang pabrik mencapai 660.000 ton per hari dengan bahan baku yang berasal dari Blok Mahakam.