Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkatkan Pendapatan Petani Karet, Sumut Bentuk UPPB

Untuk meningkatkan pendapatan petani karet, Dinas Perkebunan Sumatra Utara akan terus membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bersama (UPPB).
Pekerja tengah menyadap karet./JIBI-Sunaryo Haryobayu
Pekerja tengah menyadap karet./JIBI-Sunaryo Haryobayu

Bisnis.com, MEDAN--Untuk meningkatkan pendapatan petani karet, Dinas Perkebunan Sumatra Utara akan terus membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bersama (UPPB). UPPB memungkin para petani menjual bahan olahan karet (bokar) kepada pabrik crumb rubber dengan harga lebih tinggi.
 
Kepala Bidang Usaha Tani Disbun Sumut Syahrida Khairani menuturkan, hingga saat ini pihaknya baru membentuk UPPB di tiga kabupaten yakni Serdang Bedagai, Deli Serdang, dan Tapanuli Selatan.
 
"Pada tahun depan, kami akan mengusahakan membentuk banyak UPPB di daerah lain. Sumut ini banyak daerah yang sentra produksi karet seperti Asahan, Labuhan Batu, Nias, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan masih banyak lagi. Selain itu, kami masih akan mengawal ketiga UPPB yang menjadi pilot project," papar Syahrida, Senin (26/9).
 
Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini petani yang menjual bokar melalui UPPB mampu mendapatkan harga yang lebih tinggi Rp2.000 per kg. Sebelum ada UPPB, harga jual di petani mencapai Rp5.500-Rp6.500 per kg.
 
Adapun, bagi ketiga UPPB yang sudah ada, Disbun Sumut telah memberi bantuan alat pengolahan, seperti pisau sadap, mangkok penampungan hasil hingga cetakan karet dan asam semut.
 
"Di UPPB Serdang Bedagai dan Tapanuli Selatan, kami juga sudah mendirikan gudang. Cukup untuk menampung hasil satu gapoktan. Kami akan terus membina tiga UPPB ini sampai mereka betul-betul bisa bermitra dengan pabrik."
 
Kendati demikian, Syahrida mengakui pembentukan UPPB di daerah lain masih mengalami banyak kendala, di antaranya alokasi anggaran untuk bantuan peralatan dan gudang dan mampu menghasilkan karet kering 800 kg dalam 3 hari. Banyak petani mengakui kesulitan karena terbiasa menjual sendiri. Selain itu, pabrik juga meminta kualitas bokar yang dijual langsung oleh petani berstandar sama.
 
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut pun memfasilitasi penjualan bokar melalui UPPB. Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menjelaskan, skema penjualan tersebut justru tak hanya menguntungkan petani, tapi juga pabrik.
 
"Salah satu syaratnya adalah bokar harus sesuai SNI. Bersih, tidak ada campurannya. Biasanya digumpalkan dengan asam semur atau asap cair sehingga karakteristik elastisitas karet terjaga. Sekarang kan kebanyakan petani pakai pupuk TSP," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper