Bisnis.com, JAKARTA – Buruknya performa ekspor Jepang berlanjut pada Agustus, dengan penurunan ekspor untuk bulan kesebelas berturut-turut.
Hal itu terjadi akibat dampak penguatan yen dan perlambatan ekonomi global yang melemahkan tingkat permintaan.
Menurut laporan Kementerian Keuangan Jepang hari ini (Rabu (21/9/2016), seperti dilansir Bloomberg, jumlah pengiriman ke luar negeri turun 9,6% pada Agustus dibandingkan dengan setahun sebelumnya, lebih besar dari prediksi rata-rata para ekonom dalam survey Bloomberg dengan penurunan sebesar 4,7%.
Sementara itu, jumlah impor jatuh 17,3% yang mengakibatkan defisit perdagangan senilai 18,7 miliar yen (US$184 juta).
Data perdagangan tersebut keluar menjelang pengumuman keputusan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) hari ini di Tokyo.
Memudarnya harapan pasar bagi BOJ untuk terus meningkatkan stimulus dapat menyebabkan penguatan yen serta merugikan eksportir.
Yen Jepang yang telah terapresiasi sekitar 18% menjadi salah satu mata uang dengan penguatan terbesar di antara mata uang utama lainnya tahun ini. Pelemahan pada ekspor telah membuat para usahawan semakin enggan berinvestasi di produksi domestik.
“Penguatan yen tidak terlalu mempengaruhi volume ekspor,” ujar Masaki Kuwahara, Ekonom senior di Nomura Securities Co., seraya menyatakan optimismenya bahwa angka ekspor dapat direvisi naik.
Jumlah ekspor ke AS melemah 14,5% pada Agustus dibanding setahun sebelumnya, sementara ekspor ke Uni Eropa turun 0,7% dan China – mitra dagang terbesar Jepang - drop 8,9%.
