Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Perdagangan menyatakan dukungannya atas negosiasi perjanjian perdagangan bebas regional dalam pertemuan Asean Business and Investment Summit 2016 di Laos.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan perjanjian perdagangan bebas regional (regional free trade agreement/FTA Regional) dapat berkontribusi terhadap perdagangan global serta sistem perdagangan multilateral.
Menurutnya, FTA Regional seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), North American Free Trade Agreement (NAFTA), Pacific Alliance, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dan kerja sama yang tengah dalam proses perundingan seperti Regioal Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Transatlantic Trade and Investment Partnership (TTIP) merupakan kemitraan yang akan saling melengkapi dan berkontribusi bagi hubungan niaga secara global.
“Perjanjian-perjanjian tersebut dirundingkan dengan memperhatikan ketentuan yang ada di WTO [world trade organization]. Jadi dalam penerapannya, kami yakin FTA dan WTO tidak akan bertabrakan,” ujar Enggar dalam paparannya pada Asian Business and Investment Summit (ABIS) 2016 seperti dikutip dari siaran pers Kemendag, Selasa (6/9/2016).
FTA Regional, lanjut Enggar, juga membantu mengatur hal-hal yang belum dimuat dalam perjanjian WTO. Sebab, kebanyakan perjanjian WTO dibuat bertahun-tahun lalu yang tak lagi dapat mengadopsi perubahan akibat kemajuan teknologi di masa kini.
Dalam sambutannya, Enggar juga mengapresiasi pelaksanaan MEA. FTA Regional tersebut dipandang tak hanya berusaha menciptakan perdagangan bebas, tapi juga membuat iklim niaga yang adil bagi negara-negara anggotanya.
“MEA juga menjadi contoh bagaimana negara yang bertetangga dapat berupaya bersama untuk menyatukan dan membangun ekonomi kasawan,” tutur Enggar.
Perundingan RCEP pun menjadi perhatian Enggar di Laos. Enggar meyakini perundingan tersebut akan rampung pada tahun depan.
RCEP merupakan perjanjian 10 negara Asea dengan 6 negara mitra yakni China, Jepang, Korea, India, Australia, dan Selandia Baru. RCEP mencakup pasar sebesar 3,4 miliar jiwa atau 45% penduduk dunia. Produk domestik bruto (PDB) negara di bawah naungan RCEP mecapai US$22,4 miliar atau setara 30,6% dari PDB dunia pada 2015.
Adapun, dalam kesempatan yang sama, Mendag juga menggelar pertemuan dengan sejumlah eksportir dan importir Laos. Beberapa pelaku usaha yang ikut dalam pertemuan itu yakni Newton International, ST Group, dan perwakilan UKM Laos.
Pelaku usaha asal Laos disebutkan antusias membangun hubugan bisnis dengan Indonesia terutama di bidang investasi properti, impor produk potensial Indonesia, ekspor produk unggulan Laos, kerja sama di bidang UKM dan kemitraan pelatihan di sektor keuangan.
Nantinya, Enggar mengungkapkan akan menggelar business matching antar pengusaha kedua negara baik di Indonesia maupun di Laos sebagai tindak lanjut atas rancangan kemitraan itu.