Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Mal: Tren Okupansi Berpotensi Melemah

Tingkat keterisian atau okupansi ruang ritel diJakarta hingga 2018 diproyeksikan mengalami penurunan akibat pasokan baru yang akan cukup banyak dalam dua tahun mendatang
Pusat perbelanjaan/Ilustrasi-id.wikipedia.org
Pusat perbelanjaan/Ilustrasi-id.wikipedia.org

Bisnis.com, JAKARTA—Tingkat keterisian atau okupansi ruang ritel Jakarta hingga 2018 mendatang diproyeksikan akan sedikit mengalami penurunan akibat pasokan baru yang akan cukup banyak dalam dua tahun mendatang.

Kepala Departemen Riset dan Konsultansi PT Savills Consultants Indonesia Anton Sitorus mengatakan, pembangunan mal baru di Jakarta cukup terbatas beberapa tahun terakhir. Hingga pertengahan tahun ini, hanya sekitar 25.000 m2 pasokan baru yang memasuki pasar.

Di semester pertama ini, tingkat permintaan masih lebih tinggi dari pasokan, yakni mencapai 40.000 m2. Dengan demikian, okupansi sedikit meningkat dan masih di level yang sehat, sekitar 92% dari 91% akhir tahun lalu.

Namun, hingga akhir tahun ini, pasokan baru diproyeksikan akan menembus lebih dari 100.000 m2. Sementara itu, tingkat penyerapan diperkirakan hanya sekitar 70.000 m2. Savills memproyeksikan, tahun 2017 dan 2018 akan menjadi puncak bagi pasokan baru ruang ritel Jakarta.

Pada 2017, pasokan baru diproyeksikan mencapai 200.000 m2, sedangkan 2018 mencapai lebih dari 300.000 m2. Sementara itu, tingkat permintaan masing-masing diperkirakan hanya 140.000 m2 pada 2017 dan 220.000 m2 pada 2018.

“Dengan lebih banyaknya ruang ritel yang akan tersedia di pasar, okupansi kelihatannya akan melemah dari 91% menjadi sekitar 87%,” katanya seperti dikutip dalam riset Savills, Senin (5/9/2016).

Anton mengatakan, di paruh pertama tahun ini, penyerapan lebih banyak terjadi pada segmen atas dan menengah-atas. Hal ini pun sesuai dengan pasokan baru yang masuk yang memang berasal dari kedua segmen tersebut, yakni Mall St. Moritz dari segmen atas dan Bassura City Mall dari segmen menengah-atas.

Dari segi segmennya, tingkat kekosongan atau vacancy rate tertinggi masih didominasi segmen menengah-atas dengan 13%. Menyusul setelahnya berturut-turut yakni menengah bawah 7%, atas 5%, dan high end atau premium 2,5%.

Pertumbuhan harga sewa secara umum tetap stabil, kecuali segmen high end yang sedikit meningkat. Hal tersebut kemungkinan karena posisi tawar pemilik mal yang masih cukup kuat sebab tingkat kekosongannya cukup rendah.

Anton memperkirakan, hingga 2018 mendatang, segmen high end masih akan memimpin dari segi tingkat pertumbuhan harga sewa. Disusul setelahnya yakni segmen menengah-bawah, sebab harga sewanya kini masih cukup rendah sehinga memiliki ruang pertumbuhan yang cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper