Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Cerita Mariana Kembangkan Batik Asli Papua

Rambutnya yang memutih dan kulitnya yang keriput tak menyurutkan semangat Mariana Hibopulandan untuk menawarkan batik motif Papua ke pengunjung pameran yang diadakan Bank Indonesia pada 26-27 September 2016 di Balai Kartini, Jakarta.
Mariana Hibopulandan saat menawarkan batik Papua di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8/2016)
Mariana Hibopulandan saat menawarkan batik Papua di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8/2016)

Bisnis.com, JAKARTA - Rambutnya yang memutih dan kulitnya yang keriput tak menyurutkan semangat Mariana Hibopulandan untuk menawarkan batik motif Papua ke pengunjung pameran yang diadakan Bank Indonesia pada 26-27 September 2016 di Balai Kartini, Jakarta.

Mariana memiliki usaha kecil batik tulis dengan motif asli yang dibuatnya dan diproduksi melalui guratan tangan mama-mama lainnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti miliknya tengah menjadi sorotan pemerintah sebagai potensi untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Namun, usaha Mariana bukan tanpa kendala. Lokasi usahanya yang berada di Sentani, Jayapura itu mengharuskannya mengambil bahan kain, pewarna, dan peralatan dari Jawa. Itu saja sudah memakan biaya Rp40 juta. Sementara, usahanya masih mengandalkan pesanan dari konsumen dan belum mampu diekspor ke pulau atau negara lain.

Belum lagi saingan batik serupa tapi berasal dari Jawa. Batik-batik asal Jawa dengan motif Papua dan diproduksi massal itu jelas memiliki harga lebih murah dan kualitas lebih bagus. Lantas, dia tak bisa menjual batik-batiknya dengan harga mahal.

“Rp75.000 untuk satu meter. Untung tipis, orang Papua rasa macam terlalu mahal. Di Papua banyak batik printing, mereka jual di sana murah,” katanya.

Berawal dari pelatihan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat, dia memberanikan diri untuk merilis usahanya dengan sisa bahan dari pelatihan. Kemudian, bank daerah dan bank milik pemerintah membantu kegiatannya melalui kredit.

Mariana juga pernah mengalami kerugian guna memenuhi permintaan dari Sorong dan Timika. Dia tak bisa membebankan biaya pengiriman pesawat ke konsumen. Alasannya tak lain dia tidak ingin kehilangan pembeli karena banyak saingannya yang berusaha meniru motif batiknya.

“Hampir seluruh Papua pesan, tapi kami rugi dua kali. Macam pesan dari Sorong, kami harus selesaikan kirim lagi ke Sorong, biaya juga. Kirim ke Timika juga dengan pesawat,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Veronika Yasinta

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper