Bisnis.com, JAKARTA - Badan Ekonomi Kreatif mendorong agar pelaku industri kreatif tidak hanya ikut-ikutan tren dalam membuat perusahaan start up, tetapi lebih memperhatikan perkembangan masalah sehingga sektor startup menjadi lebih bervariasi.
Deputi II Bidang Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan Indonesia masih membutuhkan banyak pelaku startup. Menurutnya, startup Indonesia yang berkembang dewasa ini mayoritas dari bidang ecommerce atau ritel online.
"Tetapi saya percaya banyak permasalahan yang masih membutuhkan solusi yang dihasilkan oleh startup. Tidak penting apa yang menjadi tren, biarlah masyarakat nanti yang menilai ketika startup benar-benar based on problem dan startup-nya memberikan solusi, itu yang akan bisa sustain. Jadi tidak hanya sekadar ikut-ikutan," katanya di Jakarta, Selasa (23/8/2016).
Beberapa bidang yang masih sangat potensial untuk dimasuki pelaku usaha startup, antara lain transportasi, pertanian, kesehatan, pangan dan sandang. Indonesia masih memiliki banyak persoalan di bidang tersebut dan masalah itu justru dapat dipandang sebagai potensi bisnis.
Adapun, hambatan yang masih mengganjal perkembangan startup lokal antara lain dalam bidang pendanaan serta kemampuan sumber daya manusia dalam berbahasa asing. Saat ini sumber pendanaan yang tersedia masih didominasi oleh perbankan. Padahal model pembiyaan perbankan biasanya tidak cocok dengan pelaku startup.
"Makanya tugas kami di Bekraf mempertemukan para startup muda dengan investor. Makanya kami gencar mendorong agar jumlah investor startup semakin banyak."
Guna mendorong lebih banyak pelaku startup di dalam negeri, Bekraf tengah menyiapkan ekosistem yang kondusif. Hal ini mencakup bidang pendanaan ekonomi kreatif, pengurusan hak intelektual, serta program inkubasi bagi para pre-startup.
"Kami juga ingin memberikan platform bagi para startup agar mereka bisa tampil ke ranah global dan ketika tampil mereka akan masuk dalam radar para venture capitalist," ujarnya.
Salah satu platform yang dimaksudkan Fadjar, yakni lewat event Startup World Cup Indonesia yang digelar bekerjasama dengan perusahaan modal ventura yang berbasis di Silicon Valley, USA, Fenox Venture Capital (Fenox VC). Event yang pertama kalinya digelar di Indonesia tersebut adalah skala regional yang nantinya akan menghubungkan ekosistem startup dunia dalam bentuk konferensi dan kompetisi.