Bisnis.com, JAKARTA – Perlambatan realisasi investasi semester I/2016 mengonfirmasi masih waswasnya investor, terutama penanaman modal asing terhadap prospek perekonomian nasional.
Kepala Ekonomi Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menilai perlambatan realisasi investasi paruh pertama tahun ini wajar karena investor masih belum terlalu yakin dengan outlook perekonomian ke depan, terutama dari sisi konsumsi masyarakat.
“Ini mencerminkan kondisi ekonomi saat ini. Mereka [investor], terutama PMA [penanaman modal asing] menahan diri dan melihat kira-kira Indonesia bisa tidak tumbuh 5% tahun ini,” ujarnya, Jumat (29/7/2016).
Dalam rilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi semester I/2016 tercatat senilai Rp298,1 triliun, atau tumbuh 14,8% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu. Namun, pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan semester I/2015 yang mencapai 16,6%.
Secara keseluruhan, perlambatan itu diakibatkan anjloknya pertumbuhan realisasi PMA yang hanya mencapai 12,2%. Padahal, periode yang sama tahun lalu, PMA mengalami pertumbuhan 16,1%.
Pada saat yang sama, pertumbuhan realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebenarnya terakselerasi karena tercatat 20%. Kendati demikian, akselerasi itu tidak bisa mengompensasi karena porsi PMDN hanya 34,4% dari total keseluruhan realisasi investasi.
Lana berujar selain melihat kondisi perekonomian Tanah Air, PMA juga memperhatikan kondisi global yang masih diselimuti ketidakpastian. Apalagi, hingga saat ini, sinyal pengetatan moneter Amerika Serikat masih menjadi acuan.
“Dengan isu the Fed mau naikin suku bunga kan mereka jadinya menahan diri untuk pinjem uang dari bank dari luar negeri, walaupun likuiditas banyak,” katanya.
Untuk PMDN, menurutnya, memang ada tren positif tapi tetap harus dijaga. Dia percaya jika skema repatriasi dalam kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty berhasil, realisasi PMDN seharusnya bisa lebih bagus.
Secara keseluruhan, sambung dia, performa realisasi investasi semester I/2016 ini mengindikasikan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2016 juga tidak melompat signifikan dari realisasi kuartal I/2016.