Bisnis.com, BANDUNG--Pasar kopi robusta asal Jawa Barat mulai membaik seiring adanya permintaan dari produk pengolahan basah yang memicu tumbuhnya pasar domestik dan luar negeri.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jabar Iyus Supriyatna mengatakan saat ini pasar kopi robusta mulai membaik ditunjang dengan musim panen pada tahun ini.
Menurutnya, adanya cara pengolahan basah dapat mengangkat kualitas dan mengerek harga kopi robusta di level internasional.
"Selama ini pengolahan masih manual dengan cara kering sehingga pasarnya kurang diminati. Akan tetapi, adanya pengolahan basah membuat pasar robusta semakin diminati," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/7).
Kendati demikian, produksi kopi robusta di Jabar saat ini tergolong rendah dibandingkan sepuluh tahun lalu.
Kondisi tersebut dipicu rendahnya harga kopi robusta akibat pengolahan manual sehingga para petani lebih memilih jenis arabika.
Untuk memenuhi kembali pasar domestik dan luar negeri, maka pengembangan kopi robusta masih dapat digencarkan kembali.
"Pengembangan kopi robusta di Jabar dapat dilakukan di daerah ketinggian 5 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut (mdpl)," paparnya.
Iyus mengatakan, saat ini sentra kopi robusta terdapat di wilayah Garut bagian selatan serta Kabupaten Sumedang dengan jumlah produksi sekitar 8.000 ton green bean/ha/tahun. Hal ini masih bisa dikembangkan di wilayah lain seiring potensi perkebunan di Jabar yang masih belum tergarap optimal.
Pengembangan kopi robusta Jabar dapat dilakukan di daerah yang agroklimatnya cocok di antaranya di Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang.
Menurutnya, kopi robusta dengan petik merah dan sistem olah basah yang baik dapat juga dijadikan salah satu produk unggulan Jabar selain jenis arabika. "Agar kualitas dan harganya bagus maka harus diperhatikan pula selektivitas pemetikan."
Iyus menjelaskan, kandungan kafein pada kopi robusta mengandung kafein lebih tinggi dari jenis arabika. Namun demikian, pasar kopi arabika saat ini jauh lebih besar dengan harga relatif tinggi dibandingkan robusta.
Saat ini pasar kopi robusta cara olahan kering dalam bentuk berasan di kisaran Rp30.000-Rp32.000/kg. Adapun, bentuk berasan yang diolah basar minimal di harga Rp40.000/kg.
Sementara harga kopi arabika dalam bentuk berasan bisa mencapai di atas Rp75.000/kg."Memang diakui arabika masih jauh berkualitas dan memiliki harga tinggi dibandingkan robusta," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani dan Pengusaha Kopi Jawa Barat (AP3JB) Enjang Rukmana mengatakan selama ini petani masih kesulitan melakukan ekspor kopi baik jenis arabika maupun robusta secara langsung sehingga masih mengandalkan Medan sebagai pintu masuk.
"Kendala modal yang dimiliki petani membuat keuntungan yang didapat masih minim karena harus melalui wilayah lain," ujarnya.
Salah satu solusi untuk mengatasinya yakni pemerintah perlu segera mencari investor swasta untuk bekerjasama.
"Kami menargetkan tahun ini bisa ekspor langsung karena potensi pasar dan ketersediaan bahan baku cukup besar. Sekarang tinggal menunggu investor," katanya. (k29)