Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infrastruktur Berpotensi Genjot Produktivitas Karet

Pelaku industri karet menilai pertumbuhan industri karet harus digenjot melalui penyerapan dari sektor infrasturktur karena potensinya yang besar yaitu dapat menyerap hingga 700.000 ton.
Pekerja tengah menyadap karet./JIBI-Sunaryo Haryobayu
Pekerja tengah menyadap karet./JIBI-Sunaryo Haryobayu

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri karet menilai pertumbuhan industri karet harus digenjot melalui penyerapan dari sektor infrasturktur karena potensinya yang besar yaitu dapat menyerap hingga 700.000 ton.

Senada dengan Panggah, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane menekankan pada diversifikasi bagi karet sehingga penyerapan karet dapat meningkat, mengingat 80% karet masih digunakan untuk produksi ban, terutama dari sektor infrastruktur.

Menurutnya, jika proyek infrastruktur mau menggunakan karet, potensinya besar yaitu 500.000 – 700.000 ton karet bisa terserap.

“Yang penting pemerintah berkomitmen untuk melakukan hilirisasi. Contohnya untuk dock fender untuk menggantikan ban bekas. Kalau dibangun 20 pelabuhan di nusantara, maka ini bisa menyerap karet. Blok kereta api juga bisa menggunakan karet,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (25/7).

Sebetulnya rencana ini sudah disusun oleh pemerintah, lanjutnya, tapi akibat mengimpor karet saat itu tidak ada kelanjutan karena rupiah yang melemah terhadap dolar.

Dengan pembangunan jalur kereta api di Sulawesi dan perpanjangan rel di Sumatera harusnya bisa dimanfaatkan untuk inovasi produk karet.

Dia mengatakan industri karet global sedang tidak bisa diharapkan. Adapun kinerja industri karet semester I/2016 dinilai stagnan karena kebijakan ekonomi pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap bisnis karet dan tidak mendorong petani untuk meningkatkan panennya.

“Paket kebijakan ekonomi dari pemerintah tidak terasa bagi industri karet. Permintaan sedang turun jadi harga juga turun. Masalahnya di dalam negeri karet tidak banyak digunakan jadi harga juga tidak bagus,” ujarnya.

Dirjen Panggah Susanto mengatakan industri karet perlu melakukan efisiensi lahan agar produktivitas penanaman karet meningkat karena masih ditemukan kekurangan bahan baku sehingga mendukung industri karet remah.

“industri crumb rubber ini umumnya masih di bawah kapasitas terpasang. Peningkatan produktivitas penanaman harus ditingkatkan maka akan ada efisiensi lahan dan juga pembinaan bagi petani karet, yaitu dari 0,7 ton per hektare bisa sampai 1 ton per hektare,” ujarnya di kantor Kementerian Perindustrian, Senin (25/7).

Saat ini pabrik crumb rubber sebagai bahan pencampur aspal tengah dibangun. Dia berharap upaya hilirisasi tersebut dapat merangsang produktifitas petani karet. 

“Pabriknya baru dibangun dengan kapasitas yang masih kecil sekitar 60.000 ton. Dan penerapan penuh secara nasional pada 2017. Kami sedang buat pilot plan-nya,” terangnya.

Dengan karet sejumlah itu, lanjutnya, akan dicampur dengan aspal sebanyak 1,3 juta ton aspal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper