Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah mencari negara produsen minyak mentah yang menawarkan harga murah untuk memenuhi cadangan penyangga energi yang menjadi fokus tahun ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan pihaknya akan mencari pasokan minyak mentah dari negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam organisasi negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Adapun, hal itu dilakukan guna memanfaatkan keanggotaan Indonesia dalam OPEC.
Dia mengharapkan bisa mendapatkan harga minyak yang lebih rendah dengan spesifikasi minyak yang cocok dengan fasilitas penyimpanan serta pengolahan dalam negeri.
Terlebih, ujar Sudirman, pihaknya mendapat kemudahan dalam hal penawaran terbaik seperti potongan harga serta kemudahan pembayaran.
"Kita akan cari sahabat, negara yang memberikan term harga yang paling murah, yang paling baik [penawarannya], syukur-syukur dapat diskon, syukur-syukur boleh bayar di belakang, gitu. Ya kasarnya begitu," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Opsi tersebut dipilih karena kemampuan produksi dalam negeri belum sejajar dengan kebutuhan. Menurutnya, saat ini, persentase pasokan lokal masih rendah dalam komposisi pemasok kebutuhan dalam negeri.
Sebagai gambaran, dia menyebut konsumsi lokal menyentuh angka 1,6 juta barel per hari (bph) sedangkan produksi minyak mentah siap jual (lifting) dalam negeri hanya berada di kisaran 817.900 bph pada semester I/2016.
Dengan demikian, tak memungkinkan bila harus menyerap semua lifting nasional guna memasok cadangan penyangga. Seperti diketahui, cadangan penyangga baru dikeluarkan dalam kondisi darurat maupun krisis energi.
"Jadi yang selama ini dikonsumsi di kilang, ya udah pakai aja di kilang. Jangan digangguin untuk membangun cadangan penyangga," katanya.
Dia berharap pasokan minyak mentah dari luar negeri akan sangat menunjang ketahanan energi nasional.
Meskipun, katanya, memang diperlukan waktu untuk dapat mengolahnya karena jumlah fasilitas pengolah minyak mentah baru terbangun sesuai kebutuhan pada lima tahun ke depan.
"Yang paling penting kan ini crude yang memang dibutuhkan dan bisa diolah di kilang kita meskipun dalam waktu lima tahun ke depan, kilang-kilang kita bisa lebih kompleks".