Rencana Kaisar Akihito menanggalkan tahtanya dalam waktu dekat sangat mengejutkan bagi rakyat Jepang, terlebih di tengah stagnansi ekonomi yang melanda Negeri Sakura.
Surat kabar Jepang NHK melaporkan kaisar yang menjabat selama 28 tahun ini telah menyatakan rencananya kepada Badan Rumah Tangga Kekaisaran (IHA) sejak setahun terakhir. Salah satu pejabat IHA pun menyebutkan bahwa keluarga lainnya telah menerima keinginan tersebut.
Akihito sendiri memang menduduki tahta raja dalam kapasitas simbol belaka sejak Jepang memasuki era modern. Namun, raja yang terkenal memiliki gaya bicara lembut ini merupakan salah satu juru damai terbesar di Jepang.
Di tengah himpitan kepentingan politis dan paham garis keras yang dianut oleh kaum nasionalis dan konservatif Negeri Matahari Terbit. Akihito tetap berdiri tegak sebagai pihak yang menyebarkan salam perdamaian ke negara lain, termasuk mantan musuh Jepang pada masa lampau dan Perang Dunia II.
Akihito yang selama beberapa tahun terakhir telah mengidap penyakit prostat dan jantung ini, bahkan menjadi kaisar pertama yang mengunjungi China usai masa penjajahan pada 1992. Seperti diketahui, China memiliki memori kelam dengan Jepang akibat penjajahannya pada masa lampau.
Pria berusia 82 tahun itu bahkan dengan berani mengubah tatanan kerajaan Jepang yang terkenal konservatif dan keras semasa kepemimpinan ayahnya Kaisar Hirohito.
Secara perlahan, dia bertekad untuk menyembuhkan luka masyarakatnya dan negara lain akibat Perang Dunia II. Dinastinya pun disebut dengan era Heisei yang berarti mencapai perdamaian. Dinasti Heisei yang juga dijadikan nama penanggalan tradisional Jepang, merupakan dinasti pertama yang gemar mengabdikan diri dalam berbagai bentuk rekonsiliasi di dunia.
Tak heran, meskipun saat ini hanya sebagai simbol semata, Dinasti Heisei menjadi yang paling disegani di dunia. Hal ini pun diakui oleh Di rektur Studi Asia di Temple University Jeff Kingston. Dia pun menjuluki Akihito sebagai Kaisar Rakyat.
“Rencana Akihito akan menjadi isu besar karena dia sangat populer dengan publik. Dia adalah suara terbesar Jepang dalam setiap proses rekonsiliasi usai Perang Dunia II. Dia telah melakukan segala hal yang melebihi semua politisi yang ada di Jepang,” kata Kingston, Kamis
(14/7/2016).
Kingston mengatakan, rencana lengser Sang Kaisar itu didorong oleh bertambahnya usia dan memburuknya kondisi kesehatannya selama beberapa tahun terakhir. Akihito tercatat harus menjalani ope rasi untuk bypass jantungnya pada 2012, dan harus menjalani perawatan karena pneumonia pada ta hun sebelumnya. Dia juga tercatat ha rus menjalani operasi prostat pada 2003.
Namun demikian, seorang juru bicara IHA menampik kabar tersebut. dia mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar dan hingga saat ini belum ada rencana dari pihak kerajaan untuk mengeluarkan pernyataan resmi terhadap rencana mundur Akihito.
Dia menyebut, untuk sementara ini pekerjaan Akihito akan dibantu oleh Putra Mahkota Naruhito. Menariknya, meskipun tekanan dari kubu nasionalis dan konservatif cukup besar pada kerajaan, Naruhito berjanji akan tetap meneruskan kebijakan sang ayah, untuk menjadikan kerajaan sebagai juru damai.
Sepanjang masa kepemimpinannya, selain berkunjung ke China dia juga melakukan permintaan maaf secara resmi ke Korea Selatan. Seperti diketahui Negeri Ginseng telah mengalami periode kolonialisasi Jepang pada 1910—1945.
Dia mengaku bahwa agresi m liter yang dilakukan pada masa kepemimpinan ayahnya telah memberikan penderitaan yang besar kepada negara tetangga. Bahkan, dalam perayaan 70 tahun berakhirnya Perang
Dunia II pada 2015, dia kembali menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan terdalamnya kepada dunia atas kebijakan Jepang pada masa lampau.
Hal ini berbanding terbalik dengan kebijakan politik yang diambil oleh para pejabat di bawah kendali Shinzo Abe. Pasalnya, Abe dan kawan-kawan menjadi pihak yang paling keras meminta agar Jepang tak perlu terlalu sering meminta maaf kepada negara lain akibat Perang Dunia II.
Selain melakukan reformasi kebijakan kerajaan secara eksternal, Akihito juga melakukannya secara internal. Dia menjadi kaisar pertama yang menikahi rakyat biasa, yakni Ratu Michiko yang merupakan anak pengusaha besar di Jepang.
Kebijakannya ini pun diikuti oleh putri mahkotanya Sayako. Dia memilih meninggalkan kerajaan karena menikah dengan rakyat biasa. Namun, uniknya kebijakan klan Akihito untuk menikahi kalangan biasa ini tak mendapatkan kritik tajam seperti kerajaan-kerajaan lain di dunia. Hal ini tak lepas dari kemampuan Akihito dalam mencitrakan dinastinya sebagai kekaisaran yang dekat dengan rakyat menegah.
Sejumlah kalangan menilai, apabila kaisar yang menerima tahta pada 1989 ini resmi mundur, maka kerajaan harus melakukan perubahan pada sistem hukumnya. Pasalnya, kekaisaran tidak memiliki aturan khusus terkait dengan kebijakan permintaan lengser tersebut. Sebelumnya, Kaisar Kokaku yang menyatakan lengser dari tahta pada 1817 adalah kaisar terakhir yang menyatakan turun tahta.
DAMPAK EKONOMI
Kepala Ekonom Morgan Stanley MUFG Securities Co di Tokyo Robert Feldman mengatakan, kebijakan Akihito tidak akan terlalu berdampak pada sisi ekonomi Jepang. Namun, dia melihat posisi sang kaisar sebagai simbol negara tetaplah sangat penting.
“Dari sudut pandang ekonomi, kebijakan kampanye perdamaian Akihito sangat penting untuk kohesi sosial, yang nantinya akan berdampak secara tak langsung pada kerja sama ekonomi,” katanya.
Seperti diketahui, mata uang Jepang sedikit berubah setelah kabar dari kerajaan ini merebak. Yen diperdagangkan pada posisi 104,63 per dolar AS pada Kamis (14/7/2016) di Tokyo. Mata uang Yen tercatat telah naik hampir 15% tahun ini, dan akan diperkirakan kembali meningkat usai Akihito lengser.
Sementara itu, rencana mundurnya sang kaisar telah membuat saham perusahaan percetakan Jepang melompat cukup tinggi di Tokyo. Saham Mitsumura Printing Co. tercatat melonjak 13%. Perusahaan ini tercatat menyediakan layanan percetakan untuk bisnis Jepang termasuk Shiseido Co. dan
Mitsubishi Electric Co. Selain itu, saham Tosho Printing Co. naik 7,9% yang juga diikuti oleh saham Dai Nippon Printing Co. dan Kyodo Printing Co. Kenaikan saham percetakan ini merupakan dampak dari penggunaan sistem penanggalan tradisional Jepang di sejumlah perusahaan. Apabila
Akihito resmi mundur, maka penanggalan Heisei yang memasuki tahun ke-28 harus berubah. Akibatnya banyak dokumen resmi dan komersial berbagai perusahaan besar perlu dicetak ulang.
“Semua jenis dokumen bisnis dan buku komersial akan menjadi usang karena mereka menggunakan sistem tanggal Heisei,” kata Nobuyuki Fujimoto, analis pasar senior di SBI Securities Co. (Bloomberg)