Bisnis.com, BITUNG - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara dan Pemerintah Kota Bitung sepakat menghadirkan klaster Cakalang Fufu, sebagai bagian peningkatan kualitas usaha kecil menengah masyarakat.
Peter Jacobs, Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara, mengatakan produksi cakalang fufu masih berbasis tradisional, yang mempunyai risiko higienis yang tidak bisa dianggap sepele. Tidak hanya itu, produk yang menjadi salah satu makanan khas Sulawesi Utara, dirasa perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya.
Selama ini, cara memproduksinya masih menggunakan teknik pengasapan dengan panas api dan asap. “Sekarang pengelolaannya terbatas secara tradisional, kualitasnya akhirnya tidak terjamin. Padahal cakalang fufu ini, sudah turun temurun, seharusnya ada peningkatan cara pengelolaan,” katanya, Rabu (29/6/2016).
Dengan menggandeng konsultan yang berasal dari akademisi Universitas Sam Ratulangi, pengrajin cakalang fufu diberi pelatihan proses pembuatan menggunakan teknologi asap cair, yang lebih efisien.
Peter menambahkan setelah klaster berkembang dengan baik, dan pengrajin berhasil menerapkan teknologi dalam produksiya, pihaknya optimistis kinerja juga semakin membaik. Menurutnya, keterlibatan perbankan dalam menopang bantuan pemodalan akan mengalir.
“Untuk menghadirkan komoditas standar ekspor, penggunaan teknologi menjadi penting. Tidak hanya itu, pendampingan juga sangat memengaruhi keberhasilan cluster cakalang fufu ini,” tambahnya.
Sementara itu, Wali Kota Bitung Max Lomban mengatakan dengan hadirnya program Bank Indonesia, pihaknya akan mendukung dengan menerjunkan tim pendamping untuk ikut bersama menyukseskan kegiatan ini.
Menurutnya, pengrajin cakalang fufu masih terbenam pada aspek produksi tradisional yang dinilai lebih mudah. “Padahal kebutuhannya sekarang berubah, tidak hanya ikan cakalang asap, tetapi juga masalah rasa dan kesehatannya,” ujarnya.