Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa dinilai hanya memberi dampak tak langsung terhadap perekonomian nasional, yakni terpaan sentimen proteksi perdagangan Uni Eropa serta efek domino melalui ekonomi Amerika Serikat.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa menyebabkan negara-negara itu akan mengambil kebijakan ekonomi, terutama perdagangan, dengan lebih nasionalistik yang otomatis menyebabkan peningkatan proteksi ekonomi di kawasan tersebut.
Dia menggambarkan, Inggris akan mengalami masalah penjualan barang-barang dalam negeri karena akan ada aturan-aturan baru yang diterapkan Negeri Ratu Elisabeth tersebut pasca keputusan Brexit. Sebaliknya barang-barang Eropa tidak lagi bebas masuk ke Inggris, artinya lebih terproteksi.
Dia memperkirakan kebijakan yang sama yakni proteksi ekonomi itu pada akhirnya bisa saja berpotensi diterapkan di banyak negara lain.
"Efeknya bagi kita [Indonesia] sebenarnya tidak besar tapi spirit proteksi itu akan terjadi di banyak negara,"katanya di Kantor Wakil Presiden, Jumat (24/6/2016).
Dari sisi pasar keuangan, lanjutnya, proteksi perdagangan itu pada akhirnya berpengaruh negatif terhadap bursa saham. Investasi asing di Inggris yang sebelumnya memiliki jangkauan luas berpotensi merosot sejalan dengan hasil referendum British Exit tersebut.
Menurut Kalla, sentimen proteksi ekonomi di Inggris dan Uni Eropa itu akan berdampak langsung pada pelemahan ekonomi Amerika Serikat, terlebih kini Negeri Paman Sam sedang mengalami gejolak ekonomi.
Pada akhirnya, Indonesia hanya akan terkena dampak lanjutan dari relasi ekonomi kedua kawasan tersebut.
Fenomena Brexit mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi di Inggris, tentu juga Uni Eropa. Secara sejarah, menurut Kalla, Inggris sebagai negara yang dulunya banyak menguasai wilayah di dunia merasa kurang merdeka jika berada di bawah naungan Uni Eropa.
Hal itu menyebabkan rakyat Inggris terdorong untuk lebih leluasa dan keluar dari kelompok negara terbesar di dunia tersebut.
"Saya kira Inggris itu suatu negara yang dulu banyak menguasai dunia merasa kurang merdeka di bawah Uni Eropa, maka itu banyak pihak menginginkan keluar, saya kira terdorong situasi itu,"papar Kalla.
Rakyat Inggris akhirnya memilih untuk meninggalkan Uni Eropa setelah referendum memenangkan opsi Brexit. Langkah itu membawa Inggris menuju ketidakpastian dan menjadi sebuah kemunduran terbesar bagi usaha Eropa untuk membentuk kesatuan yang lebih besar sejak Perang Dunia II.
Harga emas dan perak diketahui rebound dari pelemahannya ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun pada perdagangan hari ini, Jumat(24/6/2016), setelah hasil referendum bersejarah Inggris menunjukkan kemenangan pada jumlah suara bagi Inggris untuk keluar dari keanggotaannya di Uni Eropa.
Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Barnabas Gan, seperti dikutip Bloomberg, menilai emas akan menjadi aset safe haven yang dicari sejalan dengan langkah investor meninggalkan aset berisiko karena kekhawatiran bahwa hengkangnya Inggris akan membawa Eropa kembali ke resesi serta menambah tekanan pada ekonomi global.