Bisnis.com, SEMARANG - Industri kopi dalam negeri untuk pasar ekspor masih tertekan akibat permintaan menurun, sebagai imbas El-Nino tahun lalu yang memicu penurunan komoditas tersebut.
Data Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia menyebut, bahwa volume ekspor kopi tingkat nasional turun berkisar 45%, dari semula Januari-Mei 2015 sebanyak 130.000 ton menjadi 70.000-an ton periode yang sama tahun ini.
Adapun, data volume ekspor kopi tingkat Jawa Tengah menurun sangat drastis yakni 75%. Dari semula ekspor mencapai 4.000 ton periode Januari-Mei 2015 menjadi 1.000 ton periode sama tahun ini.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah Moelyono Soesilo mengatakan, penurunan volume ekspor karena permintaan pasar luar negeri berkurang. Ditambah, dampak musim panas berkepanjangan tahun lalu menyebabkan musim tanam terlambat.
Idealnya, kata Moelyono, masa tanam kopi tahun lalu jatuh pada September. Nyatanya, mundur hampir dua bulan lantaran pasokan air dari hujan tak mencukupi.
“Pasar ekspor turun drastis. Musim tanam mundur, produksi tentu akan berkurang,” terangnya kepada Bisnis, Kamis (23/6/2016).
Dia memaparkan, produksi kopi tingkat nasional tahun ini turun 20% ketimbang tahun lalu. Produksi kopi 2015 mencapai 11,5 juta ton, sedangkan tahun ini hanya 9,5 juta karung (periode Januari-Mei).
Guna mengantisipasi defisit produksi, katanya, sejumlah pengusaha telah berupaya melakukan impor kopi sesuai dengan kebutuhan. Namun, periode impor pada Februari – Maret 2016 terganjal aturan dari Balai Karantina sehingga kedatangan impor kopi terlambat.
Selain produksi dan volume ekspor yang anjlok di angka 70%, Moelyono mengakui, harga kopi turun periode Januari-Februari 2016 dari semula US$1.700/ton menjadi US$1.400/ton.
“Sekarang periode Mei sudah lumayan, harga ikut terkerek naik diangka US$1.650/ton. Semoga harga bisa terus naik karena kondisinya sudah tertekan,” terangnya.
Dia mengatakan, panen kopi tahun ini bakal terjadi pada Juli atau sehabis Lebaran hingga Agustus. Prediksi panen kopi meleset, katanya, yakni di bulan ini karena musim tanam yang juga mundur.
Selain itu, lanjut Moelyono, kemarau akibat El Nino dikhawatirkan menurunkan kualitas kopi di banding sebelum El Nino datang. Sesuai dengan jenisnya, Kopi Robusta akan mengalami penurunan produksi lebih besar ketimbang Kopi Arabika.
Ketua Gabungan Kelompok Petani Kopi Lereng Gunung Kelir Kabupaten Semarang Ngadiyanto menerangkan musim tanah yang molor berimbas pada penurunan produksi. Selain itu, kondisi perekonomian Indonesia dan dunia mengakibatkan petani enggan berspekulasi untuk menanam kopi lebih banyak.
Menurutnya, panen kopi diwilayahnya secara keseluruhan bisa menembus 1.100 ton per tahun. Adapun, panen kopi yang bisa dikelola oleh Gapoktan hanya 120 ton/tahun.
“Sekarang kami mau menanam, tapi harus ada kepastian harga,” paparnya.