Bisnis.com, KEDIRI - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur merintis sistem tumpangsari antara tebu, bawang merah dan kedelai di Desa Blabak, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri.
Sistem ini telah diperkenalkan kepada petani di desa itu sejak 1,5 tahun lalu. Kepala BPTP Jatim Tri Sudaryono mengatakan jangka waktu panen tebu sejak tanam cukup lama, yakni 10-11 bulan. Dengan sistem tumpangsari, petani bisa memanen bawang merah atau kedelai dahulu sambil menunggu panen tebu.
"Jadi, dalam kurun satu tahun, bisa panen sampai dua kali," ujar Tri dalam siaran pers Pemkab Kediri, Minggu (5/6/2016).
Luas tanam tebu rakyat di Kabupaten Kediri sekitar 22.000 hektar untuk memenuhi kebutuhan empat pabrik gula, yakni PG Ngadiredjo, PG Pesantren Baru, PG Meritjan, dan PG Lestari.
Kepala Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kediri Sugeng Waluyo mengatakan kualitas tebu di Kabupaten Kediri bagus dengan rendemen rata-rata 8,62%.
"Mudah-mudahan sistem ini bisa menjadi acuan bagi para petani sehingga para petani mendapatkan penghasilan tambahan dan tebunya tidak berkurang kualitasnya," ujarnya.
Sistem tumpangsari, kata Slamet, akan ditularkan kepada desa lain jika dalam beberapa tahun berjalan lancar dan sukses.
BPTP juga melatih warga setempat memanfaatkan hasil panen menjadi produk UMKM yang bernilai jual tinggi. Pelatihan pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk organik pun dilakukan.
Tak sekadar diolah menjadi gula kristal putih, tebu dikreasi menjadi gula merah koin, gula merah pasiran, dan kecap manis.