Bisnis.com, JAKARTA— PT Astratel Nusantara menargetkan penambahan ruas tol hingga 500 kilometer pada 2020. Saat ini anak usaha PT Astra Internasional Tbk itu memiliki lima konsesi ruas tol dengan total panjang mencapai 227.75 kilometer.
Presiden Direktur PT Astratel Nusantara Irawan Santoso mengatakan saat ini perusahaan bergerak di beberapa sektor infrastruktur, antara lain jalan tol, pelabuhan, serta penyediaan air bersih. Dari ketiga sektor terserbut, sektor jalan tol menyumbang pendapatan sebesar hingga 70%, air minum 20%, sementara pelabuhan 10%.
“Belanja modal tahun kita siapkan Rp2 triliun untuk tahun ini. Kontribusi terbesar memang dari tollroad, salah satunya tol milik MMS [Marga Mandalasakti] yang sudah beroperasi dan salah satu yang terpanjang,” ujarnya saat media gathering, Senin (30/5/2016).
Di bidang air minum, Astratel mengusai 25% saham PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) yang bergerak melayani distribusi air bersih untuk wilayah Jakarta Barat. Sementara itu di bidang pelabuhan, pada 2013 lalu Astratel juga mengakuisisi 100% saham PT Pelabuhan Penajam Banua Taka. Melalui aksi korporasi ini, perusahaan kini memiliki aset berupa Astra Port and Logistic Center Eastkal yang juga menjadi Pusat Logistik Berikat (PLB).
Selanjutnya, dia menyatakan tertarik untuk mengembangkan bisnis di bidang maritim, sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo. Meski demikian, dia enggan memaparkan lebih rinci mengenai rencana ekspansi tersebut.
“Kita ingin ikut serta di kemaritiman, karena Indonesia negara kepulauan, harusnya maritimnya kuat. Ada beberapa proyek yang akan kita ikuti, kalau sudah menang baru kami umumkan,” ujarnya.
Direktur PT Astratel Nusantara Wiwiek Santoso mengatakan sektor jalan tol menyumbang pendapatan perseroan hingga sekitar Rp1 triliun setiap tahunnya, disusul dengan air bersih dan pelabuhan. Pihaknya pun berharap dapat menambah panjang ruas hingga 500 kilometer pada 2020.
“Kita tidak mencari ruas tertentu, ketika ada kesempatan dan cocok baru kita ikut tender. Kita kalau beli aset bukan untuk dijual lagi, semua aset kita operasikan, jadi dari awal sudah harus dipertimbangkan,” ujarnya.
Seluruh tol milik perusahaan masih berada di Jabodetabek. Dia pun belum berencana menambah ruas tol yang terletak di luar Pulau Jawa.
Di bidang jalan tol, Astratel memiliki kepemilikan sebesar 79,3% di PT Marga Mandalasakti, pengelola ruas tol Tangerang—Merak sepanjang 72,43 kiometer. Tol ini merupakan satu-satunya ruas tol yang telah dioperasikan secara penuh oleh Astratel.
Selain itu, Astratel juga memiliki kepemilikan 100% di PT Marga Harjaya Infrastruktur, Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang memiliki konsesi Mojokerto—Jombang sepanjang 40,5 kilometer. Seksi pertama tol ini dari Jombang Barat hingga Jombang Utara telah beroperasi, sementara seksi II, III, dan IV masih dalam tahap konstruksi.
Bersama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk, Astratel juga memiliki saham sebesar 40% dalam PT Marga Trans Nusantara yang tengah membangun ruas tol Kunciran—Serpong sepanjang 11,2 kilometer, dan kepemilikan sebesar 25% di PT Trans Marga Jateng untuk ruas tol Semarang—Solo sepanjang 72,6 kilometer.
Ruas tol kelima yang baru dimenangkan oleh Astratel bersama dengan PT Bumi Serpong Damai, PT Transindo Karta Investama dan PT Sinar Usaha Mahitala adalah ruas tol Serpong—Balaraja sepanjang 31 kilometer. Dalam konsorsium tersebut, Astratel memegang saham 25%.
Setelah Serpong—Balaraja, Wiwiek mengatakan perusahaan masih mengkaji kemungkinan ikut serta dalam lelang tol Serang—Panimbang sepanjang 84 kilometer. Meskipun tersambung langsung dengan tol Tangerang—Merak, tetapi pihaknya menilai tingkat kelayakan tol tersebut masih kurang memadai.
“Kita masih mengkaji. Wong jalan [nasional] yang sudah ada masih sepi. IRR [internal rate of return] masih gak sampai. Tingkat kelayakannya kalau kurang sepertinya perlu dukungan pemerintah, seperti Semarang—Solo itu ada beberapa bagian yang dibangun pemerintah,” ujarnya.