Bisnis.com, SAMARINDA – Proses transformasi ekonomi Kalimantan Timur dinilai masih berjalan lamban. Hal ini disebabkan permasalahan yang kompleks mulai dari tingkat pemerintahan koordinasi antarkelembagaan atau instansi, perizinan hingga adanya resistensi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Demikian hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Mawardi BH Ritonga dalam jumpa persnya usai menggelar Seminar Nasional Percepatan Transformasi Ekonomi Kaltim di kantornya Samarinda, Rabu (25/5/2016).
“Untuk melakukan transformasi ekonomi Kaltim, tidak terlambat. Namun, prosesnya yang masih lambat. Ini karena masalahnya yang kompleks. Maka itu, Bank Indonesia Provinsi Kaltim melakukan salah satu upaya dengan seminar nasional ini untuk mendapatkan bahan masukan agar bisa memberi advisory atau nasehat kepada pemerintah daerah,” ujar Mawardi didampingi Deputi BI Kaltim Harry Aginta.
Menurut Mawardi, Kaltim masih punya harapan untuk melakukan transformasi di tengah pertumbuhan ekonominya yang terus turun sejak tahun 2015 hingga masuk tahun triwulan 2016. Dirinya yakin dengan Rencana Jangka Menengah Pembangunan Daerah (RJMPD) yang telah disusun isinya, sangat baik untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
“Mari kita tutup sudah buku (kejayaan) sektor tambang dan buka buku baru lagi mengembangkan sektor-sektor lain. Kami melihat ada 8 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikembangkan di Kaltim mampu mendukung transformasi ekonomi daerah ini. Seperti sektor wisata di Berau yang potensinya sangat besar dengan kepulauan Derawan dan juga industri pengolahan gas di Bontang,” kata Mawardi.
Sementara itu, Harry Aginta mengungkapkan hal senada bahwa proses transformasi ekonomi di Kaltim berjalan lambat terlihat karena regulasi sekarang ini yang belum bersahabat dan koordinasi lembaga pemerintah yang masih kurang seperti dalam mengatasi masalah kelistrikan di Kaltim.
“Pihak PLN yang menjadi narasumber seminar nasional kami telah sepakat bersama-sama nantinya akan mendata potensi energi listrik di Kaltim dan Bank Indonesia akan membantu fasilitasi antar lembaga pemerintah di daerah dan pusat untuk koordinasi. Intinya, kita akan dorong transformasi ekonomi Kaltim lebih cepat,” kata Harry.
Catatan Bank Indonesia, kondisi ekonomi kaltim selama triwulan I 2016 mengalami penrurunan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2016, ekonomi Kaltim terkontraksi -1,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -0,5% (yoy).
Capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim triwulan I 2016 jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 4,9%. Sektor pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya kinerja ekonomi Kaltim di tengah pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan turunnya harga komoditas internasional.
Salah satu narasumber seminar nasional ini, ekonom dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya mengatakan tahapan transformasi ekonomi Kaltim bisa dilakukan dengan menyisihkan pendapatan minyak gas atau tambang untuk dikelola terpisah dan digunakan return investasinya untuk pos tertentu.
“Pos tertentu itu seperti pendidikan atau beasiswa, bencana, investasi atau diversifikasi ekonomi. Hal ini telah dilakukan di Norwegia, Nigeria, Timor Leste dan di Indonesia mulai dilakukan Bojonegoro. Karena, selama ini mekanisme fiskal daerah tidak future oriented,” kata Berly dalam pemaparannya.