Bisnis.com, JAKARTA - Peluang kerja di luar negeri bisa menjadi jaring pengaman ketika pertumbuhan ekonomi yang melemah tidak mampu menyerap angkatan kerja. Korea Selatan, Jepang dan Taiwan misalnya, masih memerlukan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang punya keahlian dan bebas faham radikal.
Prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah itu terlihat ketika Kementerian Keuangan menurunkan target pertumbuhan ekonomi pada 2016 dari 5,5% menjadi 5,3%.
Bank Indonesia juga mengambil langkah serupa dengan menurunkan pertumbuhan ekonomi dari 5-5,4% menjadi 5,2-5,6%. Penurunan terutama disebabkan kondisi ekonomi global yang masih tidakmenentu serta pelemahan ekonomi di negara-negara yang menjadi pasaran produk ekspor Indonesia.
Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengungkapkan peluang kerja di luar negeri terbuka luas karena TKI dikenal ramah, rajin dan penurut. Ini dibuktikan dengan derasnya permintaan terhadap tenaga kerja Indonesia, termasuk dari Timur Tengah.
"BNP2TKI akan membantu agar TKI memenuhi syarat yang ditetapkan para pengguna. Kami juga akan menjelaskan tentang faham-faham radikal dalam 3 hari masa orientasi sebelum berangkat. Tujuannya agar para TKI tidak dipengaruhi faham-faham serupa itu," katanya di kantornya, Rabu (24/5/2016).
Peluang Kerja di Jepang
Sementara itu, Jepang menyediakan ribuan lapangan kerja untuk menjadi perawat di rumah sakit dan careworker. Adapun Taiwan dan Korea Selatan membuka kesempatan bagi ribuan TKI bekerja di sektor manufaktur.
Namun, Indonesia hanya mampu memenuhi dalam persentase yang amat kecil, hingga peluang itu diisi tenaga kerja Vietnam dan Philipina.
Pada Rabu (24/5/2016), Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Hariyadi Agah menutup pra pelatihan bahasa Jepang angkatan ke-9 bagi 283 calon nurse dan careworker yang akan bekerja di Jepang.
Semua calon, yang sudah menguasai bahasa Jepang pada tingkat minimum, akan berangkat pertengahan bulan depan untuk belajar bahasa Jepang lanjutan selama dua semester, sambil bekerja di rumah sakit dan perawatan orang tua.
Bila lulus ujian nasional, maka mereka baru naik ‘pangkat’ dari asisten menjadi nurse dan careworker. "Gaji dan fasilitas bertambah. Khusus para nurse dan careworker tinggal di perumahan yang disediakan perusahaan pengguna," ujar Hariyadi Agah.
Sejak 2008 hingga 2016, Indonesia mengirim 1811 asisten nurse dan careworker, padahal kebutuhan jauh lebih banyak. Ini peluang besar terutama bagi lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes),’ tambahnya dalam acara penutupan yang juga dihadiri Minister Counseloler Kedubes Jepang di Jakarta Mari Takada dan Dirjen Jaan Foundation Tsukamoto Norihisa.