Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah berkomitmen menambah suplai pangan baik dari dalam maupun luar negeri guna menjaga kenaikan harga bahan pokok menjelang Bulan Ramadhan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak ingin menyalahkan tengkulak yang selama ini dinilai menahan pasokan pangan dan mempermainkan harga dengan dalih sentimen momentum puasa umat muslim. Dia mengakui suplai pangan di dalam negeri memang belum sesuai kebutuhan.
“Intinya menambah suplai dari dalam negeri atau dari luar negeri kalau memang dibutuhkan. Kita tida bisa mengatakan begitu terus [permainan harga oleh tengkulak], yang jelas memang suplai dalam negeri berkurang,”paparnya di Kantor Wakil Presiden, Selasa (24/5/2016).
Menurut dia, kebutuhan pangan masyarakat pada Bulan Ramadan sebenarnya tak berubah dibandingkan bulan lain. Dia menyontohkan, jika masyarakat biasanya mengkonsumsi nasi tiga kali sehari, pada saat puasa justru berkurang menjadi hanya sekali, sehingga pasokan beras tak pernah menjadi masalah.
“Kecuali menjelang Lebaran, itupun terbatas pada masalah stok daging, ayam, telur yang dibutuhkan secara bersamaan,” tuturnya.
Dua pekan menjelang Puasa, pemerintah kian gencar berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait pangan nasional. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi lonjakan harga saat Ramadan.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan dari hasil pertemuannya dengan sejumlah asosiasi pangan, stok komoditas-komoditas utama terjamin tersedia sehingga kenaikan harganya dapat lebih terkendali.
“Ketersediaan pangan pokok seperti beras, jagung, cabai besar, cabai rawit, bawang merah, daging ayam dan telur ayam ras dapat mencukupi kebutuhan menjelang Ramadhan sampai Lebaran yakni sampai Juni dan Juli nanti,” ujar Amran dalam keterangan tertulis, Senin (23/5/2016).