Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Status Surga Belanja Singapura di Asean Berpotensi Luntur, Belanja Online Disebut Satu Penyebabnya

Singapura sepertinya tidak akan bisa mempertahankan statusnya sebagai surga belanja di Asia, khususnya Asia Tenggara dalam waktu lama. Etalase kosong sepertinya akan menjadi pemandangan umum di tempat-tempat perbelanjaan utama di Singapura.
Ilustrasi/.
Ilustrasi/.

Bisnis.com, JAKARTA— Singapura sepertinya tidak akan bisa mempertahankan statusnya sebagai surga belanja di Asia, khususnya Asia Tenggara dalam waktu lama. Etalase kosong sepertinya akan menjadi pemandangan umum di tempat-tempat perbelanjaan utama di Singapura.

Melemahnya perekonomian negara-negara di sekitar Singapura sepertinya menjadi salah satu alasan yang memicu lowongnya pusat-pust perbelanjaan di Singapura. Bahkan merek-merek terkenal sepertinya enggan untuk tetap memamerkan koleksinya di Singapura meskipun harga sewa properti di Negara Singa tersebut merosot tajam dari harga tertinggi di 2014.

Para broker properti meramalkan akan banyak retailer yang memilih untuk menutup toko mereka karena pelemahan sewa properti tidak cukup untuk membujuk mereka untuk tetap memamerkan koleksinya di Singapura.

Berikut beberapa alasan mengapa Singapura sepertinya akan kehilangan status sebagai surge belanja:

Melek Teknologi

Warga Singapura merupakan masyarakat yang melek teknologi. Presentasi masyarakat yang beralih ke online shopping di Singapura jauh lebih besar ketimbang di Hong Kong dan Malaysia.

 “Perdagangan ritel berubah karena e-commerce dan mall harus memposisikan diri agar bisa bertahan di masa depan,” ujar John Lim, CEO ARA Asset Management, yang memiliki mall di Singapura, Hong Kong dan Malaysia.  Mal sepertinya harus merubah fokusnya. Outlet makanan dan minuman, hiburan, layanan dan perbankan mungkin bisa jadi fokus baru untuk mall. Dia juga menyarankan mall untuk mengurangi outlet fashion dan barang konsumsi lainnya.

Tutupnya Toko-Toko

Beberapa riteler raksasa angkat kaki dari Singapura. Al-Futtaim Group, distributor merek-merek ternama, termasuk Marks&Spencer dan Zara, berencana untuk menutup setidaknya 10 toko di Singapura tahun ini. Padahal konglomerasi tersebut berekspansi ke pasar-pasar lain di Wilayah Asia seperti Malaysia dan Indonesia yang biayanya lebih murah.

Sementara itu, brand dari Inggris New Look dan Brand Perancis Celio  juga berencana menutup toko-toko mereka di paruh kedua tahun ini. Menurut broker properti Cushman &Wakefield Inc. akan ada banyak tenan-tenan lain yang mengikuti langkah serupa.

 “Setelah mempertimbangkan dengan seksama, kami memutuskan bahwa Singapura sudah tidak lagi berpotensi untuk menjadi pasar utama bagi kami,” ujar New Look seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/5/2016).

Toko terakhir milik perusahaan tersebut yang masih beroperasi hingga saat ini akan tutup per 30 Juni nanti.

Kemunduran China

Sama seperti Hong Kong, Singapura juga terkena imbas perlambatan ekonomi China dan menurunya pembelian oleh turis dari negeri tirai bambu tersebut, yang biasanya berkontribusi signifikan.

 “Wisatawan China yang datang ke Singapura lebih kepada mencari pengalaman dari pada berbelanja,” ujar Christine Li, Direktur Peneliti Cushman & Wakefield di Singapura.

Menurutnya, di zaman global seperti sekarang,ketika orang-orang bisa menemukan produk dari merek yang sama di mana-mana, perbedaan menjadi kunci utama bagi kesuksesan bisnis retail tetapi sayangnya Singapura tidak memiliki hal ini.

Gangguan Ekonomi

Jumlah pelanggan domestik Singapura semakin berkurang. Indeks harga konsumen negara tersebut bergerak turun dalam 17 bulan berturut-turut per Maret, yang menjadi periode penurunan terpanjang. Hal ini mencerminkan efek dari pelemahan harga minyak dan ekonomi. Menurut Colliers International, jika permasalahan ekonomi ini berlanjut dan konsumen mengurangi pengeluaran mereka ditengah merebaknya risiko penurunan gaji dan pemutusan hubungan kerja, biaya sewa pusat-pusat perbelanjaan utama bisa jadi jatuh sebesar 5% tahun ini.

 Meningkatnya Pasokan

Meningkatnya jumlah pusat perbelanjaan akan menjadi tantangan lain bagi harga sewa. Hal ini juga akan memperkecil angka tingkat keterisian properti komersial. Menurut Cushman & Wakefield, pasokan ruang ritell kosong Singapura akan bertambah sebesar 4 juta kaki persegi (1.219.200 meter persegi)  dalam tiga tahun kedepan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper