Bisnis.com, JAKARTA - Setelah melakukan penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) Batang—Semarang pada April lalu, pemilik konsesi tol sepanjang 75 kilometer ini mulai melakukan aktivitas land clearing di seksi I guna mempercepat proses konstruksi fisik.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, pembukaan lahan itu mulai dilakukan sambil menunggu kepastian rencana seremoni peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Presiden Jokowi.
“Rencana itu [groundbreaking] belum tahu pastinya, Tanpa groundbreaking juga tetap jalan karena waktunya juuga akan kejar-kejaran harus selesai di 2018 sementara tanahnya masih kayak begitu,” ujarnya, Senin (23/5/2016).
Dikatakan, saat ini lahan yang telah terbebas berada di seksi I sepanjang 20 kilometer. Jumlah lahan yang dibebaskan juga akan segera bertambah setelah pemerintah melakukan pembayaran kepada warga terdampak.
Menurut Herry, sejauh ini pemerintah telah menyepakati biaya talangan pengadaan lahan senilai Rp580 miliar untuk melanjutkan pengadaan lahan Batang—Semarang. Dana tersebut akan dibayar bertahap sesuai dengan tagihan pembayaran yang diajukan oleh tim pengadaan lahan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Dana talangan ini hari ini sudah disetor, tinggal tunggu tagihan langsung dibayar. Sejauh ini yang sudah disepakati Rp580 miliar, nanti bisa ditambah tergantung perkembangan. Kalau progress-nya bagus bisa ditambah lagi uangnya,” ujarnya.
Di lain sisi, BPJT juga tengah menunggu hasil audit dari Badan Pengawas Pemeriksa Keuangan untuk menghitung biaya investasi PT Marga Setiapuritama selaku pemilik konsesi tol Batang—Semarang sebelumnya. Hasil perhitungan ini akan digunakan sebagai acuan jumlah dana investasi yang harus diganti oleh PT Jasa Marga Semarang Batang seperti yang tertuang dalam PPJT.
“Sesuai PPJT ada [investasi yang harus diganti]. Kita sudah meminta BPKP untuk menghitung, cuma belum ketahuan nilainya,” ujarnya.
Dalam PT Jasa Marga Semarang Batang, PT Jasa Marga (Persero) Tbk menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham 60%, sementara 40% sisanya dimiliki oleh PT Waskita Tollroad.. Strategi pendanaan akan dilakukan dengan menggunakan skema 70% pinjaman perbankan dan 30% ekuitas perusahaan.
Hal ini untuk memenuhi biaya investasi yang mencapai Rp11,04 triliun, meningkat 34,5% dari kebutuhan investasi sebelumnya sebesar Rp7,23 triliun.Sementara rencana konstruksi akan dilakukan sejak tahun ini dan ditargetkan selesai pada Oktober 2018.