Bisnis.com, BENGKAYANG - Impor listrik dari Malaysia yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) diyakini sebagai langkah yang tepat.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman menjelaskan, langkah impor listrik ini merupakan upaya yang realistis dalam menyediakan listrik secara efisien dan murah. Di samping itu, perlu waktu tiga hingga empat tahun sampai beberapa PLTU selesai dibangun.
"Sekarang kalau pakai PLTD Rp2.000 per kWh. Kalau kita beli dari Malaysia hanya Rp900 per kWh," katanya saat meninjau proyek interkoneksi Sarawak-Bengkayang, Kalimantan Barat, Selasa (10/5/2016).
Dengan begitu, tidak akan ada beban subsidi lagi, karena harga jual ke masyarakat sekitar Rp1.350 per kWh. Sebaliknya, PLN justru memiliki margin keuntungan untuk pembangunan transmisi dan pemeliharaannya.
Indonesia telah mulai mengimpor listrik dari Malaysia melalui jaringan tersebut sejak 20 Januari 2016 dengan kapasitas awal sebesar 50 megawatt (MW) yang dinaikan menjadi 70 MW pada 9 Mei lalu.
Rencananya, kapasitas tersebut akan kembali ditambah menjadi 90 MW pada 16 Mei 2016 dan terus meningkat hingga 230 MW setelah pembangunan gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 500 kilovolt (kV) selesai pada Oktober 2016.