Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Nganjuk Tolak Gagasan Impor Bawang Merah

Nganjuk, sentra produksi bawang merah terbesar kedua di Tanah Air, menolak gagasan impor bawang merah sekalipun harga komoditas itu saat ini tinggi. Pasalnya, panen sebentar lagi tiba.
Bawang merah siap antar/Ilustrasi
Bawang merah siap antar/Ilustrasi

Bisnis.com, KEDIRI - Nganjuk, sentra produksi bawang merah terbesar kedua di Tanah Air, menolak gagasan impor bawang merah sekalipun harga komoditas itu saat ini tinggi. Pasalnya, panen sebentar lagi tiba.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi Nganjuk Heni Rochtanti mengakui saat ini produksi bawang merah Nganjuk memang minim karena sebagian wilayah kabupaten itu baru masuk musim tanam.

Nganjuk yang biasanya memasok bawang merah ke daerah lain sebanyak 150 truk per hari (setiap truk mengangkut 6-7 ton) saat panen, kini maksimum hanya 20 truk.

Namun, jika ide impor itu direalisasikan, barang impor akan tiba bersamaan dengan masa panen sehingga membuat harga bawang merah jatuh. Akibatnya, petani di Nganjuk akan dirugikan.

"Volume impor pasti banyak. Kalau tiba dan dibongkar berbarengan dengan musim panen, harga pasti jatuh," ungkap Heni saat dihubungi dari Kediri, Selasa (3/5/2016).

Tanpa impor pun, harga bawang merah di Bumi Anjuk Ladang sempat jatuh ke posisi Rp4.000 per kg saat puncak panen Agustus tahun lalu. Petani sampai membuang bawang merah di jalanan kala itu.

Gagasan impor sempat mencuat dalam rakor pangan yang digelar Kemenko Perekonomian, Jumat (29/4), saat membahas harga bawang merah yang melejit ke level Rp50.000 per kg di Jakarta.

Heni menyebutkan harga bawang merah di Nganjuk saat ini Rp27.000-Rp28.000 di tingkat grosir. Adapun di level eceran, harga komoditas itu Rp35.000 per kg.

Data Pemkab Nganjuk menyebutkan prognosa produksi bawang merah tahun ini 164.648 ton dari luas tanam 11.700 hektare. Panen kecil-kecilan diperkirakan terjadi Mei, lalu melampaui 10.000 ton mulai Juni dan mencapai puncak pada Agustus sebanyak 41.072 ton.

Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Jawa Timur Akad bahkan mengestimasi panen di Nganjuk akan berlangsung 15 hari lagi karena saat ini umur tanaman sudah 45 hari.

Seperti diketahui, tanaman bawang merah membutuhkan 60 hari untuk siap panen. Dengan kata lain, Nganjuk mulai panen bawang merah pertengahan bulan ini. "Jadi, waktunya sangat tidak tepat kalau ada kementerian yang menggagas impor," ungkapnya.

Apalagi, tutur dia, program tanam raya yang digelar di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Nganjuk, Brebes, dan Probolinggo, akan membuat bawang merah oversupply tahun ini. Khusus di Nganjuk, tanam raya akan dimulai medio Mei di atas lahan 5.000 hektare.

Akad memperkirakan program itu bisa memancing petani komoditas lain menanam bawang merah sehingga luas lahan tanam tahun ini bisa menjadi 14.000 hektare. Apalagi, harga bawang merah Rp25.000 per kg di level petani saat ini dianggap memadai. Ide impor, kata Akad, justru akan merusak harga pasar dan mendemotivasi petani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper