Bisnis.com, JAKARTA - PT Mitra Palmil, anak usaha PT Mitra Pemuda Tbk, menjadi subkontraktor dalam proyek pembangunan Stasiun Sudirman Baru. Nilai kontrak yang didapat mencapai Rp30,580 miliar.
Corporate Secretary PT Mitra Pemuda Tbk Agung Anggono menyatakan, ruang lingkup proyek yang dikerjakan mencakup pekerjaan baja struktur atap, struktur lantai, struktur pondasi dan struktur ramp parkir. Dia juga menyatakan dalam proses pengerjaannya, emiten berkode MTRA itu akan berkoordinasi dengan PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor utamanya.
“Pekerjaan kami akan mulai dikerjakan dalam jangka waktu sebulan-dua bulan ke depan, dan ditargetkan selesai pada 2017,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/5/2016).
Proyek Stasiun Sudirman Baru ini merupakan bagian dari pelaksanaan Masterplan Transportasi Jabodetabek yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia. Rencananya, stasiun ini akan terdiri dari tiga lantai dan akan terhubung langsung dengan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta yang kini tengah dibangun.
Stasiun ini juga sekaligus menjadi menjadi bagian dari moda transportasi express line dari Stasiun Manggarai hingga Bandara Soekarno-Hatta sepanjang total 36,3 kilometer, yang terdiri dari 24,2 kilometer jalur eksisting dan 12,1 kilometer jalur baru.
Jalur Ekspres
Dalam Masterplan Transportasi Jabodetabek, jalur Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta disebut sebagai jalur express line yang akan melewati Stasiun Sudirman Baru, Duri dan Batu Ceper sebagai stasiun pemberhentian.
Stasiun Sudirman Baru akan dibangun dengan konsep city air terminal, dengan pelayanan premium setara kereta api eksekutif, sehingga Commuter Line atau KRL tidak akan berhenti di stasiun tersebut.Untuk memfasilitasi kenyamanan penumpang dan kemudahan dalam berpindah moda transportasi,maka desain
Stasiun Manggarai sebagai titik awal akan dibuat terintegrasi dengan MRT.
Lebih lanjut Agung menuturkan, tahun ini perusahaan menargetkan perolehan kontrak mencapai Rp350 hingga Rp400 miliar. Sepanjang kuartal I 2016 ini, nilai kontrak yang telah diperoleh berkisar antara Rp75 miliar hingga Rp80 miliar.
“Kami mengerjakan konstruksi umum, pada dasarnya tidak hanya mengerjakan baja, tetapi kami punya spesialisasi di baja. Kami juga bisa mengerjakan proyek lain seperti design and build tetapi kalau baja tidak semua kontraktor umum bisa,” ujarnya.
Dia menambahkan, kemampuan spesialisasi itu berkat adanya workshop pabrikasi baja yang dimiliki perusahaan yang terletak di Balaraja. Meski demikian pihaknya tidak memproduksi baja sendiri dan masih menggunakan produk baja dari perusahaan lain seperti PT Krakatau Steel.
Agung menyatakan mayoritas paket konstruksi yang didapat merupakan proyek swasta dan BUMN. Beberapa proyek yang telah dan sedang dikerjakan antara lain konstruksi Bandara Hassanudin Makassar, Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Jembatan Kapuk Naga Indah, pembangunan Pabrik Grup Mulia.