Bisnis.com, JAKARTA - Airbus Group dan Siemens telah menandatangani kesepakatan kolaborasi dalam bidang propulsi elektris hibrida sebagai alternatif untuk mesin pesawat konvensional. Untuk itu, Chief Executive Officer (CEO) kedua perusahaan yaitu Tom Enders dan Joe Kaeser, telah meluncurkan sebuah proyek besar bersama dalam bidang elektrifikasi penerbangan dengan tujuan untuk menciptakan sistem propulsi hibrida-elektris pada 2020.
Kedua perusahaan akan memberikan kontribusi signifikan ke proyek ini dan telah merekrut tim yang berkekuatan 200 orang untuk terus mendorong keunggulan Eropa dalam inovasi dan pengembangan pesawat bertenaga listrik.
“Penerbangan bertenaga elektris dan hibrida-elektris merupakan salah satu tantangan industri terbesar di masa kini untuk mencapai dunia penerbangan bebas emisi. Sejauh ini, kemajuan yang telah kami capai bersama mitra industri dan pemerintahan, hanya dalam waktu beberapa tahun saja sudah mengejutkan. Puncaknya adalah tahun lalu dengan keberhasilan pesawat E-Fan yang seluruhnya ditenagai listrik menyeberangi Selat Inggris.” kata Tom Enders, CEO Airbus Group dalam rilisnya Selasa (19/4/2016).
“Kami meyakini bahwa pada 2030 penumpang pesawat dengan kapasitas di bawah 100 penumpang bisa terbang dengan ditenagai sistem propulsi hibrida. Karenanya, kami bersungguh-sungguh untuk mencari segala kemungkinan yang ada bersama dengan mitra kelas dunia seperti Siemens.”
“Dengan memasuki ranah teknologi propulsi pesawat terbang yang inovatif, kita membuka babak baru dalam E-Mobility. Kolaborasi dengan Airbus Group akan menciptakan perspektif baru untuk perusahaan kami dan membuka jalan lebih lebar ke inovasi yang mengguncang,” kata CEO dan Presiden Siemens Joe Kaeser.
“Ini akan menjadi sebuah proyek penting di bawah payung perusahaan Innovation AG milik kami. Seperti telah diumumkan sebelumnya, tujuan dari unit usaha ini adalah bekerja sama dengan mitra inovatif lain dengan tujuan mengembangkan peluang bisnis berorientasi masa depan.”
Sistem propulsi hibrida-elektris secara signifikan akan mampu mengurangi konsumsi bahan bakar fosil serta mengurangi tingkat kebisingan pesawat. Uni Eropa menargetkan pengurangan emisi CO2sebesar 75% pada 2050 dibandingkan tingkat emisi tahun 2000. Tujuan yang ambisius ini tentu tak akan bisa tercapai bila kita masih memakai teknologi konvensional, termasuk dalam mesin pesawat.
Airbus Group dan Siemens berencana untuk bekerja sama mengembangkan purwarupa berbagai sistem propulsi yang memiliki daya mulai dari 100 kilowatt sampai 10 megawatt atau bahkan lebih yang sesuai untuk pesawat dengan kapasitas angkut di bawah 100 penumpang, helikopter, atau pesawat tanpa awak yang terbang jarak dekat sampai jarak menengah.
Kedua perusahaan bersama dengan Diamond Aircraft asal Austria awalnya pernah menghadirkan sebuah pesawat bertenaga hibrida pada 2011. Sejak saat itu, Siemens telah mengembangkan mesin elektris untuk pesawat terbang yang mampu membangkitkan daya lima kali lipat namun memiliki bobot yang sama dengan mesin konvensional.
Airbus Group telah memiliki pengalaman operasional dengan pesawat bertenaga listrik sejak 2014 dengan E-Fan, sebuah pesawat dua penumpang yang sepenuhnya terbang dengan setrum dan didesain khusus untuk pelatihan pilot. Kesuksesan E-Fan bisa dicapai berkat kerja sama dengan sejumlah mitra industrial serta dukungan dari Pemerintah Perancis.
Airbus Group berniat untuk mempercepat program peningkatan kemampuan E-Aircraft System House, sebuah fasilitas riset yang terletak di Ottobrunn/Taufkirchen, Jerman, untuk pengembangan komponen dan sistem teknologi propulsi hibrida-elektris.
Sama halnya Siemens juga bertekad untuk menjadikan sistem propulsi hibrida-elektris sebagai bisnis masa depan. Kedua mitra itu telah menyepakati kolaborasi eksklusif dalam sejumlah ranah pengembangan. Secara paralel, kedua pihak juga akan terus bekerja sama dengan mitra masing-masing untuk pengembangan pesawat kecil yang berkapasitas kurang dari 20 penumpang.