Bisnis.com, JAKARTA - Produktivitas petani kentang Indonesia, terutama di Pulau Jawa masih rendah, karena terbatasnya varietas unggul bibit kentang yang sampai di tangan petani kentang.
"Produktivitas petani kentang di Indonesia masih rendah, hanya 17 ton per hektare sampai 20 ton per hektare," kata Kusmana, peneliti dari Balai Penelitian Sayuran Kementerian Pertanian.
Adapun, produktivitas di sejumlah negara lain bisa mencapai 40 ton per hektare.
Menurutnya, rendahnya produktivitas kentang di Indonesia karena masih sedikit petani yang menggunakan bibit kentang bersertifikat.
Dia menjelaskan, dari 70.000 hektare lahan tanaman kentang di Indonesia, hanya 15 persen yang ditanami dengan varietas bersertifikat.
Padahal, sambungnya, varietas unggul tahan terhadap penyakit, terutama busuk daun dan layu yang disebabkan oleh bakteri.
"Pengadaan bibit unggul harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh petani," kata Kusmana.
Dia mengatakan masih banyak petani kentang yang belum mengetahui bibit unggul bersertifikat. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah akan terus melakukan sosialisasi karena pada akhirnya kalau tanamannya banyak yang mati yang rugi petani itu sendiri.
Kusmana mengatakan untuk meningkatkan produksi bibit unggul Kementerian Pertanian telah melegalisasi enam institusi untuk melakukan penangkaran bibit kentang, termasuk perusahaan produsen benih sayuran di Tanah Air PT East West Seed Indonesia.
"Kami langsung melakukan pengawasan terhadap penangkaran varietas unggul kentang tersebut. Harapannya produktivitas nantinya dapat ditingkatkan sehingga kebutuhan kentang sepenuhnya dapat dipasok dari petani dalam negeri," ujar Kusmana.
Menurut Kusmana, pelibatan perusahaan dalam penangkaran karena mereka sudah memiliki jaringan distribusi ke daerah-daerah produsen kentang sampai ke tingkat petani. Dengan demikian, distribusi bibit unggul kentang ini dapat disampaikan lebih cepat.
Kusmana berharap dengan berjalannya program pengadaan bibit unggul ini maka petani yang menggunakan bibit unggul juga dapat ditingkatkan dari 15 persen naik menjadi 20 persen, atau bahkan 25 persen dalam waktu dekat.
Guru Besar IPB Prof. Dr. GA Wattimena, MSc membenarkan salah satu penyebab rendahnya produktivitas petani kentang di Indonesia disebabkan penyakit, sehingga untuk meningkatkan produktivitas harus ada bibit unggul serta meningkatkan pemberian pupuk.
Berbeda dengan Eropa dan AS yang memiliki musim dingin sehingga penyakit tanaman kentang tidak terlalu banyak, Indonesia dengan iklim tropis memungkinkan munculnya berbagai penyakit.
"Keuntungannya dengan iklim seperti Indonesia usia panen lebih cepat 100 hari, sedangkan di Eropa dan AS bisa 120 hari," jelas Wattimena.
Perbedaan juga pada kondisi tanah. Jika di luar negeri tidak pernah diberikan pupuk kandang cukup NPK saja, tetapi di Indonesia pemberian pupuk kandang wajib. Kemudian, tanaman kentang juga baru dapat tumbuh di dataran tinggi atau iklim dengan suhu 20 derajat celcius.
Kentang di Indonesia ada dua yang dikenal, yakni Granola dan Atlantik.
Granola biasanya untuk dibuat keripik, sedangkan Atlantik biasanya dibuat kentang goreng (fried fries). Atlantik di Indonesia memilik kelemahan, yakni rentan terkena penyakit layu.
Wattimena mengatakan kelemahan dalam melakukan karantina tanaman dari luar membuat munculnya berbagai penyakit pada tanaman kentang.
Bahkan, ada salah satu daerah di Jawa Tengah yang sampai sekarang tidak bisa memproduksi kentang lagi akibat penyakit.
Wattimena mengatakan Kementerian Pertanian harus secepatnya menciptakan generasi baru bibit kentang yang tahan terhadap penyakit.
Produktivitas Tanaman Rendah, Petani Kentang Butuh Benih Berkualitas
Produktivitas petani kentang Indonesia, terutama di Pulau Jawa masih rendah, karena terbatasnya varietas unggul bibit kentang yang sampai di tangan petani kentang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Newswire
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
26 menit yang lalu