Bisnis.com, SEMARANG - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong investor untuk menggarap pengembangan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) dengan potensi dapat menghasilkan energi sekitar 1.600 megawatt.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono menyatakan sejumlah investor saat ini akan mengikuti proses lelang dalam proyek pengembangan EBT di wilayah berpenduduk 35 juta jiwa tersebut.
Pihaknya mengakui potensi bauran EBT di Jateng bisa mencapai 1.600 megawatt. Namun, saat ini yang tergarap untuk energi panas bumi hanya 60 MW. Secara persentase, dia menyebutkan proyek yang sudah tergarap di Jateng sampai akhir 2015 diangka 7,8%.
Dia mendorong investor bidang energi untuk mengembangkan EBT kendati dari sisi nilai investasi lebih banyak. Teguh mengakui beberapa investor tertarik mengembangkan EBT dengan melihat potensi di beberapa daerah, antara lain di Telomoyo 25 MW, di Ungaran 100 MW, Guci 75 MW, Baturaden 125 MW, Gunung Lawu 125 MW dan lainnya.
“Semakin banyak investor yang menggarap EBT, cadangan energi bakal tercukupi. Potensi paling besar bisa capai 500 MW,” terangnya kepada Bisnis, Senin (4/4/2016).
Kendati secara persentase belum begitu banyak proyek yang tergarap, Teguh berkeinginan target pengembangan EBT hingga fiskal tahun ini mencapai 9,38%.
Menurutnya, jika bauran energi berkembang pesat akan mensubstitusi energi fosil yang masih mendominasi. Di sisi lain, kebutuhan energi terus bertambah setiap tahun yang bisa diperoleh baik dari energi panas bumi, tenaga surya maupun fosil. “Energi fosil akan habis, ke depan harus memanfaatkan EBT,” terangnya.
Data dari Kemterian ESDM, saat ini dari 57.000 MW produksi listrik baru 6% sampai 7% yang berasal dari EBT. Oleh sebab itu, pemerintah pusat mendorong lebih banyak sampai 20% karena potensinya cukup besar yaitu 350.000 MW.
Pemerintah berkeinginan pembangkit listrik EBT misalnya dari tenaga surya akan dikembangkan dengan skala besar sampai 5.000 MW sehingga akan menarik investasi asing dan menjadi jaminan keberadaannya akan terus dipelihara dibanding skala yang lebih kecil.
Terkait kesiapan sumber daya pengelola, akan dibuat pelatihan dengan menggandeng universitas setempat agar lulusannya bisa menjadi tenaga kerja di pengelolaan EBT.