Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apdasi Jabar: Waspadai Harga Daging

Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia (Apdasi) Jawa Barat mengingatkan pemerintah agar serius menangani masalah harga daging sapi yang biasa terjadi saat menjelang bulan Ramadan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG--Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia (Apdasi) Jawa Barat mengingatkan pemerintah agar serius menangani masalah harga daging sapi yang biasa terjadi saat menjelang bulan Ramadan.

Ketua Apdasi Jabar Dadang Iskandar menilai harga daging sapi pada bulan puasa tahun ini bisa menembus Rp150.000/kg apabila pemerintah tidak serius mengatasi persoalan pasokan sapi.

Saat ini, harga jual daging sapi di pasar mencapai Rp110.000 dan berpotensi melonjak saat puasa karena harga sapi potong yang memang naik akibat persediannya yang minim.

"Selain itu, ketika bandar memotong sapi, ada item yang memang tidak bisa dijual seperti tulang, lemak dan gaji. Karena ketika Idulfitri masyarakat ingin menikmati dagingnya bukan tetelan atau tulang," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/3/2016).

Menurutnya, kebutuhan akan daging sapi bagi masyarakat Jabar sebelumnya memang dipenuhi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat ini, pasokan dari dua provinsi tersebut berkurang karena kalah bersaing dengan daging impor.

Apalagi pasokan dari Jatim dan NTT ataupun Bali bisa masuk ke pasar Jabar, biasanya untuk memenuhi permintaan saat Iduladha.

"Artinya Jabar selama ini sudah bergantung pada impor. Dengan demikian, naik turunnya harga daging sapi sangat tergantung importir karena mereka yang mengaturnya," ungkapnya.

Dia menjelaskan tingkat kebutuhan daging sapi di Jabar mencapai 500 ekor sapi/hari atau setahun bisa mencapai 600.000 ekor. Tingginya kebutuhan itu sejalan populasi penduduk Jabar.

Oleh karena itu, pihaknya menuntut langkah serius dari pemerintah untuk menangani masalah pengiriman sapi dari NTT yang tidak efektif menekan harga daging di pasar.

"Sapi yang diangkut dari NTT itu hanya 500 ekor setiap minggu. Sedangan kebutuhan jabar sangat tinggi. Jadi, tidak ada pengaruh sama sekali di pasar," ujarnya.

Pihaknya berharap agar masyarakat jangan dibebani harga daging mahal, terlebih pemerintah telah menginstruksikan kepada Perum Bulog untuk menjaga stabilisasi harga meskipun hingga saat ini tidak berjalan sesuai harapan.

"Karena langkah lain seperti impor dari Selandia Baru tidak dilakukan. Selain itu, Bulog jangan hanya mendatangkan sapinya saja, tapi juga dalam bentuk daging sehingga stabilisasi cepat dan berdampak," tuturnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jabar terus berupaya memurnikan genetik asli sapi Pasundan, sebagai sapi asli Jabar, guna memenuhi swasembada sapi potong di Indonesia.

Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Jabar Dody Firman Nugraha mengatakan pemurnian genetik tersebut saat ini terus dikembangkan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis serta BP3IPTEK yang bekerjasama dengan Kemenristek Dikti.

Pemurnian diperlukan karena peternak sapi saat ini kurang memperhatikan pola pemeliharaan sapi rancah. Sebab, dilihat dari bobot sapi Pasundan hanya berkisar 200--300 kg, jauh dari berat ideal sapi yang berkisar 400--600 kg.

"Saat ini pemurnian genetik sudah berkembang dan kami targetkan bibit sapi Pasundan meningkat 3% setiap tahun," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper