Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Capex, Petronas Tunda FLNG Unit 2 Rotan

Pertroliam Nasional Berhad (Petronas) akhirnya memilih menunda pengoperasian kilang gas alam cair terapung (floating liquified natural gas/FLNG) Unit 2 di Lapangan Rotan.
FLNG Petronas. /petronas
FLNG Petronas. /petronas

Bisnis.com, JAKARTA – Pertroliam Nasional Berhad (Petronas) akhirnya memilih menunda pengoperasian kilang gas alam cair terapung (floating liquified natural gas/FLNG) Unit 2 di Lapangan Rotan.

President and CEO Petronas Datuk Wan Zulkiflee Wan Ariffin mengungkapkan dengan adanya prediksi masih rendahnya harga minyak mentah dunia di pasar global tahun ini, maka perusahaan telah mengambil langkah-langkah untuk melawan dampak negatif terhadap bisnis yang dijalankan.

“Ini termasuk pengurangan tambahan dalam Capex dan Opex dari 50 miliar ringgit selama empat tahun ke depan, dimulai dengan antara 15 miliar ringgit hingga 20 miliar ringgit pada 2016," katanya, dlaam pernyataan resminya, dikutip Bisnis.com, Selasa (1/3/2016).

Dia mengungkapkan pemotongan capex dan opex tersebut akan berdampak pada sejumlah proyek. Datuk menjelaskan pihaknya telah mengambil keputusan untuk menunda proyek FLNG 2.

Namun, pihaknya tidak memerinci lebih lanjut kapan kepastian FLNG tersebut akan mulau dioperasikan. FLNG berkapasitas 1,5 juta ton per tahun (million tonnes per annum/mtpa) sebelumnya diperkirakan bisa mulai berproduksi pada 2018.

Adapun, pada Oktober lalu, Petronas telah melakukan seremonial pelunasan FLNG itu di galangan Samsung Heavy Industry di pulau Geoje, Korea Selatan. FLNG kedua ini rencananya digunakan untuk pencairan, produksi dan offloading gas alam.

Sementara itu, untuk FLNG unit 1 telah diprediksi akan mulai dioperasikan pada tahun ini. FLNG unit satu dibuat oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering di Okpo, Korea Selatan.

Sepanjang 2015, perusahaan menorehkan laba bersih sebanyak US$5 miliar atau turun 56% dari 2014 yang mencatatkan laba bersih senilai US$11,4 miliar. Adapun, pada periode yang sama total pendapatan turun 25% dari US$78,5 miliar menjadi US$59,1 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper