Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Peningkatan Impor Barang Konsumsi Jadi Lampu Kuning

Kenaikan impor barang konsumsi yang cukup signifikan di tengah penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi peringatan bagi pemerintah untuk segera menyiapkan langkah antisipasi.
Menurutnya, pemerintah harus segera mencarikan solusi agar dampak ke neraca perdagangan tidak semakin memburuk. /Bisnis-Paulus Tandi Bone
Menurutnya, pemerintah harus segera mencarikan solusi agar dampak ke neraca perdagangan tidak semakin memburuk. /Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan impor barang konsumsi yang cukup signifikan di  tengah penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi peringatan bagi pemerintah untuk segera menyiapkan langkah antisipasi.

Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan peningkatan impor barang konsumsi di saat barang modal dan bahan baku justru menurun merupakan anomali.

“Ini yang menjadi bahaya, artinya tidak ada pabrik baru. Kita selalu ingatkan betul, dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), mereka [investor] tidak peduli mau basis produksinya di mana, pasarnya tetap di Indonesia,”  kata Enny kepada Bisnis.com, Senin (15/2/2016).

Dirinya menyebutkan peningkatan impor pada golongan barang tersebut menjadi pertanda bahwa telah terjadi pergeseran. Impor bahan baku dan barang modal akan meningkat ketika adanya pertumbuhan industri.

Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, meskipun BKPM menyatakan bahwa ada peningkatan investasi sebesar US$100 miliar.

Menurut Enny, investasi tersebut lebih didominasi sektor perdagangan, dengan pembangunan jaringan kkantor marketing, swalayan, ritel, atau bentuk lainnya, bukan dalam bentuk pembangunan industri.

“Akhirnya mereka harus impor barang-barang yang mereka jual, barang konsumsi,” ujar Enny.

Hal tersebut semakin dikuatkan dalam fenomena relokasi industri yang mulai marak terjadi beberapa tahun belakangan ke negara-negara tetangga, khususnya Thailand.

Para investor lebih memilih menanamkan modal dan membangun produksinya di sana karena kawasan industri di negara tersebut lebih berdaya saing, serta memiliki biaya logistik yang lebih murah.

Impor barang konsumsi yang naik signifikan tersebut, menurutnya, harus segera dievaluasi, termasuk kaitannya dengan FTA dalam MEA. Menurutnya, pemerintah harus segera mencarikan solusi agar dampak ke neraca perdagangan tidak semakin memburuk. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper