Bisnis.com, JAKARTA - Pengerjaan proyek infrastruktur jalan dan jembatan, pembangkit listrik, perumahan rakyat oleh pemerintah serta smelter oleh swasta pada awal tahun berdampak pada peningkatan konsumsi semen sebesar 4,4% pada Januari dibandingkan tahun lalu.
Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), mengatakan total konsumsi semen pada bulan lalu mencapai 5,14 juta ton dengan peningkatan konsumsi paling tajam di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
“Harapan kami konsumsi semen pada bulan ini akan semakin meningkat. Utamanya pada program pembangunan sejuta rumah dan pembangunan pedesaan yang dianggarkan Rp47 triliun sepanjang tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (10/2/2016).
Ia merinci bahwa konsumsi semen di Sumatra mencapai 1, 09 juta ton atau naik 15,8% dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Kemudian diikuti oleh Sulawesi 424.000 ton naik 19 %, Jawa 2,87 juta ton naik 5,3%, dan Bali & Nusa Tenggara 320.000 ton naik 1,6 %.
Adapun kinerja konsumsi semen di Kalimantan hanya mencapai 305.000 ton atau anjlok 31%, Maluku & Papua hanya 115.000 ton, turun 13%.
Sementara jika dibandingkan dengan konsumsi pada Desember lalu, kinerja Januari 2016 turun 5,6% dari 5,45 juta ton.
Konsumsi semen yang tinggi pada Desember lalu, lanjutnya, seiring dengan percepatan belanja pemerintah baik pusat maupun daerah yang harus selesai pada kuartal IV/2015.
Oleh karena itu, produsen berharap realisasi anggaran pemerintah daerah, pusat, dan BUMN stabil setiap bulannya.
Apalagi, ujarnya, empat pabrik semen baru yaitu Merah Putih, Jawa, Bima, dan Conch telah beroperasi penuh dengan total kapasitas produksi mencapai 9,1 juta ton per tahun.
Total produksi ini belum ditambah dengan semen Tiga Roda dan Bosowa yang akan memproduksi 7,4 juta ton.
“Sehingga tambahan kapasitas produksi sekitar 16,5 juta ton pada tahun ini. Dengan demikian total kapasitas produksi pabrik semen di dalam negeri telah mencapai 92 juta ton, sementara permintaan masih jauh dari kapasitas terpasang,” tuturnya.
Pada tahun ini, lanjutnya, konsumsi semen nasional diperkirakan hanya mencapai 65 juta ton. Perhitungan ini sudah dengan potensi peningkatan konsumsi sebesar 4%-6% seiring dengan tambahan proyek infrastruktur sebesar 20% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, produsen semen dalam negeri pada tahun ini diharapkan mulai fokus menggarap pasar ekspor potensial, seperti Bangladesh, Afrika, Australia, Filipina, Timor Leste, Sri Lanka, dan Timur Tengah.
“Proyek pembangunan infrastruktur dan lainnya yang tepat waktu juga menjadi bentuk perhatian dan perlindungan pemerintah kepada industri dalam negeri, sehingga iklim investasi tetap baik di mata internasional. Apalagi produsen semen telah menggelontorkan triliun rupiah dalam investasi,” ujarnya.