Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangun Pabrik Pupuk Sampit, Saraswanti Bidik 10% Pangsa Pasar

Produsen pupuk Saraswanti Group melalui bendera PT Anugerah Pupuk Makmur (APM) awal tahun ini mulai membangun pabrik pupuk NPK berkapasitas 100.000 ton/tahun di Sampit Kalimantan Tengah sejalan dengan upaya perseroan untuk memperbesar pangsa pasar hingga 10%.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Produsen pupuk Saraswanti Group melalui bendera PT Anugerah Pupuk Makmur (APM) awal tahun ini mulai membangun pabrik pupuk NPK berkapasitas 100.000 ton/tahun di Sampit Kalimantan Tengah sejalan dengan upaya perseroan untuk memperbesar pangsa pasar hingga 10%.

Direktur Utama Saraswanti, Hari Hardono mengatakan selama ini, dari 7,5 juta ton kebutuhan pupuk NPK non subsidi di Indonesia, Saraswanti hanya mampu menyuplai sekitar 2,5%-3% atau tahun lalu hanya menjual 250.000 ton pupuk.

"Dalam 5 tahun ke depan kami berusaha meraih pangsa pasar sampai 10% atau harus mampu memproduksi hingga 750.000 ton pada 2021, makanya kami perbanyak pabrik," katanya dalam konferensi pers, Selasa (9/2/2016).

Dia memaparkan, pembangunan pabrik sengaja dilakukan di luar Jawa atau Kalimantan dan Sumatra mengingat pasar terbesar yang menjadi sasaran produk pupuk NPK Saraswanti adalah sektor perkebunan seperti kelapa sawit.

Adapun dari total 250.000 ton tahun lalu, penjualan pupuk dikontribusi oleh wilayah Sumatra yakni 50%, disusul Kalimantan 30%, Sulawesi 10% dan Jawa 10%.

"Kebutuhan pupuk di Kalimantan untuk kebun sawit, kopi dan lain-lain itu sangat besar, berkisar 1,2 juta ton. Strategi kami ya membangun pabrik yang mendekati pasar agar produknya punya daya saing dengan produk impor yang selama ini dikuasai asing hingga 40%," jelasnya.

Selain itu, lanjut Hari, membangun pabrik di Kalimantan juga menjadi strategi menekan biaya logistik yang tergolong mahal. Contohnya, setiap pengiriman pupuk dari pabrik di Jawa menuju Kalimantan bisa mencapai US$20/metric ton.

"Selama ini kebutuhan pupuk di Kalimantan disuplai dari Jawa dan impor. Kalau bisa berproduksi di sekitar kebun saja, kami meyakini bisa mereduce biaya logistik 5%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper