Bisnis.com, PEKAN BARU- Masyarakat harus dilibatkan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (karlahut) sebagai tindakan preventif agar kejadian tersebut tidak terulang pada tahun ini.
Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar mengatakan salah satunya langkah efektif pencegahan kebakaran hutan dengan melibatkan masyarakat desa di sekitar konsesi perusahaan, karena mereka ujung tombak yang berada dekat dengan potensi kebakaran hutan dan lahan.
Al Azhar menilai kegiatan itu bisa diterapkan sebagai salah satu model pencegahan karlahut di Riau. Namun praktiknya harus lebih banyak melibatkan pemangku kepentingan.
“Masalahnya, tidak banyak korporasi yang menerapkan kebijakan dan praktik terbaik (best practice) itu. Karena itu, pemerintah harus bersikap tegas dalam konsisten ingin kegiatan itu bisa diterapkan,” kata Al Azhar, Rabu (20/1).
Sementara itu, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Tony Wenas mengatakan pihaknya siap menyosialisasikan pencegahan preventif kebakaran lahan dan hutan (karlahut) dengan 9 desa di sekitar konsesinya.
“Kami akan berkoordinasi dengan masyarakat dari 9 desa yang menjadi mitra binaan untuk tetap waspada, melakukan pemadaman serta melapor jika melihat adanya titik api. Hal ini sebagai deteksi dini mencegah kebakaran menjelang musim kemarau panjang yang diperkirakan mulai Februari hingga November 2016,” jelasnya.
Tony Wenas berpendapat bahwa keterlibatan masyarakat desa sangat penting sebagai tindakan preventif mencegah meluasnyakebakaran. Cara ini sangat efektif untuk mencegah kebakaran sekaligus membangun budaya sadar di tengah masyarakat untuk tidak membakar.
Dia mengatakan RAPP akan memberi kompensasi dana sebesar Rp 100 juta jika desa mereka terbebas dari api. Dana itu nantinya dialokasikan untuk membangun infrastruktur desa.
“Tahun ini, RAPP akan menggandakan peserta Desa Bebas Asap menjadi 18 desa dari 9 desa untuk menekan terjadinya kebakaran hutan di Riau .”
Data BMKG memperlihatkan fakta api yang di wilayah Riau jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah titik api di dua wilayah provinsi tetangga. Per September 2015, luasan yang terbakar mencapai 3.400 hektar atau lebih kecil dibandingkan 2014 yang mencapai 22.000 hektare.
Al Azhar menambahkan, penurunan karlahut di Riau itu lebih karena kesadaran dan tekanan, bahkan kemarahan masyarakat yang selama 17 tahun mengalami bencana asap. Menurut Al Azhar, penataan kawasan konversasi dan taman nasional juga perlu dilakukan untuk mengihindari meluasnya kebakaran dan menata lingkungan.