Bisnis.com, JAKARTA—Dewan Karet Nasional menilai rencana pemerintah membuka 100% kepemilikan asing pada industri karet tidak akan efektif menarik investasi selama industri pendukung tidak terbangun di dalam negeri.
Azis Pane, Ketua Dewan Karet Indonesia, mengatakan pemerintah harus memfasilitasi pembangunan industri pendukung karet yang berisiko tinggi, teknologi tinggi, padat modal, dan masa pengembalian modal panjang dengan sejumlah insentif.
“Mana mau asing masuk jika industri pendukung tidak dibangun. Lihat sekarang industri black carbon kita mati karena ongkos produksi yang tinggi, sehingga konsumen lebih memilih impor. Industri pendukung yang dimaksud adalah campuran karet untuk suatu produk,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (19/1/2016).
Menurutnya, dibukanya investasi 100% untuk asing pada industri karet berpotensi menumbuhkan trader-trader karet mentah. Dalam hal ini, pemerintah dinilai belum memiliki kemampuan mengawasi aktivitas bisnis karet dengan ketat dan detil.
Saat ini, lanjutnya, kondisi industri karet nasional serupa dengan produsen karet lain seperti Thailand dan Vietnam, yakni tidak memiliki industri pendukung. Oleh karena itu, pembangunan industri pendukung merupakan peluang menjadikan Indonesia pusat pengembangan industri karet Asean.
Perlemahan harga karet alam yang terus berlangsung, lanjutnya, merupakan momentum perbaikan struktur industri karet nasional. Dengan demikian, ketika permintaan karet dunia melonjak, seluruh bidang industri karet baik hulu, antara, dan hilir mampu memenuhi kebutuhan global.
Guna mewujudkan pembangunan industri pendukung, ujarnya, sejumlah fasilitas harus diberikan oleh pemerintah, seperti perbaikan infrastruktur penunjang, permodalan, suku bunga pinjaman rendah, teknologi pengolahan serta harga gas murah.
Jika seluruh fasilitas ini diberikan, lanjutnya, tidak hanya penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga akan merealisasikan investasi pada industri pendukung karet. “Kalau tidak, negara lain seperti Vietnam akan mendahului kita,” tuturnya.
Penguatan harga komoditas karet, lanjutnya, diperkirakan akan terjadi pada kuartal II/2017 seiring dengan membaiknya ekonomi Amerika Serikat serta sektor pariwisata dunia. Pada tahun ini, harga karet diperkirakan tetap melandai.
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan pembahasan pembukaan kepemilikan asing hingga 100% untuk empat jenis usaha yakni cold storage, industri karet, gula dan pedagangan digital telah final.