Bisnis.com, JAKARTA--Harga yang ditawarkan PT Freeport Indonesia untuk 10,64% sahamnya senilai US$1,7 miliar dianggap terlalu mahal dan di atas harga wajar.
Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso menilai harga seluruh saham Freeport Indonesia hanya sekitar US$11,6 miliar. Perhitungan tersebut berdasarkan asumsi laba bersih yang stabil hingga masa kontraknya habis pada 2021 ditambah nilai aset pada 2014.
Dia menjelaskan aset Freeport Indonesia pada 2014 tercatat senilai US$9,1 miliar dengan laba bersih senilai US$500 juta atau turun dari laba bersih pada 2013 senilai US$784 juta. Jika laba bersih diasumsikan tetap hingga 2019, maka nilainya seluruh sahamnya US$11,6 miliar saja atau US$1,23 miliar untk 10,64% saham.
"Perlu diingat dan menjadi pertimbangan, lima tahun ke depan Freeport akan lebih banyak development, sehingga produksi dan profitnya akan terus turun. Apalagi empat tahun terakhir Freeport tidak membayar dividen dan bisa berlanjut selama lima tahun ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (15/1/2016).
Menurutnya, pemerintah harus mengkaji degan cermat penawaran dari perusahaan asal Amerika Serikat tersebut. Jangan sampai Freeport Indonesia menggunakan asumsi bahwa operasi pertambangannya akan berlanjut hingga 2041.