Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengatakan, terjadi fenomena ganjil yakni kelangkaan solar bertepatan pada hari penetapan harga bahan bakar minyak Rp6.700/liter menjadi Rp5.650/liter.
Kondisi tersebut menurut Kyatmaja karena para penimbun solar memutuskan menghabiskan stok sebelum harga resmi diturunkan oleh Pertamina.
"Akibat isu-isu penurunan awal tahun, sejumlah pihak eceran membeli setok sebanyak-banyaknya lalu dia jual sampai habis sebelum harga diturunkan, karena kalau jual ketika harganya turun rugi Rp1.050/liter," kara Kyatmaja kepada Bisnis, Kamis (7/1/2016).
Menurut Kyatmaja, pemerintah perlu menyusun regulasi yang tepat sehingga kelangkaan solar ketika perubahan harga tidak terjadi. Kebijakan yang selama ini dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum optimal.
Kyatmaja menjelaskan, penurunan harga solar memberikan dampak yang besar bagi pengusaha angkutan, bukan kepada konsumen secara langsung.
Kelangkaan solar membuat sejumlah supir harus menunggu pengadaan bensin antara 6-8 jam yang secara otomatis menambah beban biaya perjalanan.
"Kalau bensin terbatas, angkutan mogok di jalan, maka pengusaha harus menggelontorkan biaya ekstra untuk derek dan service," tambahnya.