Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentuhan China Town di Apotheek Chung Hwa

Berdiri di lokasi yang cukup strategisdi sudut jalan Pancoran 6 Grogol, Jakarta Baratbangunan tua eks Apotheek Chung Hwa, tetap menarik perhatian khalayak.

Bisnis.com, JAKARTA - Berdiri di lokasi yang cukup strategis—di sudut jalan Pancoran 6 Grogol, Jakarta Barat—bangunan tua eks Apotheek Chung Hwa, tetap menarik perhatian khalayak.

Bangunan yang didirikan pada 1928 ini memang terletak tepat di gerbang masuk kawasan Kota Tua Jakarta dan pintu gerbang daerah Pecinan Glodok.

Lokasi yang bagus, dan bernilai sejarah yang kental, membuat bangunan eks Apotheek Chung Hwa menjadi satu dari total 17 gedung bersejarah di kawasan Kota Tua, Jakarta yang direvitalisasi oleh Jakarta Old Town Revitalization Corps (JOTRC).

Bangunan eks Apotheek Chung Hwa bangunan di sudut atau hook. Pada zaman kolonial, bangunan hook selalu memanfaatkan posisi dua wajah karena sangat berpotensi menjadi wilayah komersil.

Dengan bangunan dua wajah, maka pengunjung dapat diakses dari berbagai sudut. Bangunan tua yang sebelumnya tidak terawat dan mengalami proses pelapukan, kini tampil cantik dan berubah fungsi menjadi Pantjoran Tea House.

Gedung bergaya arsitektur Indo Kolonial dengan nuansa China Town dari sisi interior, masih dipertahankan sebagaimana aslinya.

Arsitek sekaligus Project Manager PT Pembangunan Kota Tua Jakarta Anneke Prasyanti menuturkan gaya arsitektur Indo Kolonial yang muncul setelah era kemerdekaan terlihat betul dari bentuk kuda-kuda pada struktur atap. Pilihan struktur atap yang tinggi ini sangat pas diterapkan di negara tropis.

Sirkulasi udara yang bagus menjaga hawa di dalam ruangan tetap sejuk. “Berat jenis udara panas lebih tinggi dari udara dingin. Sehingga udara panas berada di atas, udara dingin berada di bawa. Jadi ketika bangunan tinggi, kita tidak terasa panas. Sebab, udara panas akan keluar melalui kisi-kisi genteng tersebut,” tuturnya.

Beranjak pada interior bangunan, sentuhan China Town terlihat pada lattice atau ukiran kayu berornamen China dan ubin. Penggunaan lattice yang menggantikan fungsi dinding membuat efek ruangan sempit menjadi terlihat luas.

Di tempat ini, lattice juga berfungsi sebagai pembatas antar ruang, yakni antara ruang VIP dan publik. Lattice di bangunan ini menggunakan engsel pivot yang dapat diputar hingga 90 derajat, saat kondisi terbuka.

“Nuansa China Town didapat dari pemandangan orang berlalu lalang. Semua ini dapat dinikmati dengan pintu lattice itu,” kata Anneke.

Nafas China Town juga tampil melalui ubin berukuran 25x25 cm yang kental dengan ornamen China. Ubin disusun sebagai pusat lantai yang membentuk border. Deretan jendela yang berada di lantai dua memberikan keuntungan pada cahaya alami yang masuk ke ruangan.

Anneke menjelaskan peletakan deretan jendela dan pintu lattice yang mengelilingi bangunan dapat digunakan sebagai mata. Jendela juga dapat difungsikan sebagai ventilasi. “Biasanya bangunan hook hanya tampil satu wajah, sementara sisi lainnya ditutup. Alasannya karena dinding untuk tempat AC dan sebagainya. Padahal ini bisa disiasati dengan tidak menutup dinding,” katanya.

Sentuhan China Town di Apotheek Chung Hwa

TOKO MERAH

Salah satu bangunan di kawasan Kota Tua yang terlebih dahulu direvitalisasi adalah Gedung Toko Merah. Dari sisi sejarah, bangunan ini menjadi salah satu saksi perkembangan peradaban Kota Batavia dari masa ke masa.

Pada masa pendudukan Belanda letak bangunan ini sangat strategis, yaitu berada di kawasan jantung kota Batavia dan dekat dengan pusat pemerintahan VOC [Stadhuis], yang merupakan Central Business District Batavia.

Kala itu itu sungai Ciliwung adalah urat nadi lalu lintas peradaban Batavia yang ramai. Wilayah Kali Besar ini dikenal pula sebagai salah satu wilayah hunian elit di dalam kota Batavia.

Tak heran jika bangunannya Toko Merah menjadi salah satu bangunan elit yang mencerminkan kemewahan pada masanya. Pada awal saat dibangun pada 1730 oleh Gubernur Jenderal VOC Gustaff Willem Baron van Imhoff, arsitektur bangunannya lebih mengacu pada bangunan khas Eropa, khususnya Belanda.

Hal tersebut tampak dari penggunaan gaya arsitektur Boer pada bangunan Toko Merah, yang memiliki kekhasan pada bentuknya yang saling berhimpitan dengan bangunan lain dan bertingkat tiga.

Selain itu, bangunan ini juga tak memiliki halaman, sehingga kesan yang ditampilkan adalah megah, tetapi tetap polos dan kaku. Di sisi lain, Toko Merah juga mengadopsi gaya arsitektur lain yakni gaya Cornice House yang populer pada abad ke-18.

Gaya arsitektur tersebut memiliki kekhasan pada bangunan yang memiliki dinding muka yang ujung atasnya datar dan diberi profil-profil pengakhiran. Hanya saja yang menjadi keunikan dari bangunan ini adalah konsepnya yang berupa bangunan kembar, tetapi memiliki satu atap.

Seperti diketahui, Toko Merah memang terdiri dari dua buah bangunan dengan bentuk yang sama. Keduanya hanya dipisahkan dengan sebuah tembok, tetapi disatukan dalam satu atap yang sama, Bangunan yang memiliki luas tanah 2.455 m² ini memiliki bentuk menyerupai huruf ‘H’, yakni lebar dibagian muka dan belakang, dan di bagian tengah sedikit lebih menyempit.

Sementara itu untuk bentuk interiornya, bangunan ini memiliki ciri yang luas tinggi dan tanpa pilar-pilar, sehingga memungkinkan bangunan bisa berubah fungsi apa saja. Kesan kokoh dalam bangunan ini semakin tampak, ketika atap di setiap ruangan menampilkan kayu-kayu melintang yang menjadi penyangga lantai di atasnya.

Sentuhan China Town di Apotheek Chung Hwa

GAYA BAROQUE KLASIK

Jika diamati lebih seksama, gaya arsitektur Eropa pada bangunan ini ternyata tidak melulu mengadopsi gaya Belanda. Beberapa arsitektur Eropa lainnya pun diterapkan pada bangunan ini. Gaya tersebut tampak pada tangga yang menjadi penghubung antarlantai.

Gaya yang diadopsi adalah gaya baroque klasik, yang menampikan detail yang sangat mendalam pada ukiran di tiang pegangan tangan tangga. Bentuk tangga seperti ini diklaim menjadi satu-satunya yang masih ada di Jakarta.

Untuk bagian pintunnya, bangunan ini memiliki gaya pintu khas roccoco yang merupakan turunan dari gaya baroque. Penerapan gaya yang berkembang pada pertengahan abad 18 ini sangat tampak pada dua buah pintu utama Toko Merah.

Dua pintu utama tersebut memiliki bentuk yang tinggi dan mempunyai bingkai pada bagian atas dan kedua sisinya. Pada bingkai atas, berbentuk atap kecil yang dipenuhi ornamen ukiran yang kecil-kecil.

Sementara pada bingkai di sisi kiri dan kanan, ukiran terdapat pada bingkai di pangkal bawah pintu. Pintu ini sendiri juga tediri dari dua bagian, yakni pada bagian atas yang berbentuk kotak-kotak dari kaca, yang berfungsi sebagai jendela cahaya, dan bagian bawah yang menjadi tempat dipasangnya daun pintu.

Arsitek Endi Subijono menjelaskan keunikan justru datang dari bangunan Toko Merah adalah bentuk atap. Pasalnya, bangunan ini mengadopsi gaya atap pelana atau lebih akrab disebut sebagai atap rumah kampung, yang kala itu banyak digunakan oleh warga pribumi di rumah-rumah mereka.

“Ya seperti itulah keunikan bangunan pada masa lalu, yang tetap punya identitas dan kekhasan meskipun melakukan percampuran gaya dari berbagai daerah,” katanya.

Endi menyebut meskipun banyak melakukan perpaduan unsur arsitektur, bangunan pada masa kolonial dinilai lebih berkarakter. Hal ini dikarenakan masing-masing era dan tempat memiliki bentuk bangunan yang berbeda-beda. “Tidak seperti sekarang, di mana bangunan gedung modern di Indonesia sama dengan yang ada di Eropa atau negara Asia lainnya,” katanya. ()

Sentuhan China Town di Apotheek Chung Hwa

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (3/1/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper