Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sudirman Said Paparkan Kajian Blok Masela dalam Rapat Kabinet

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said memaparkan hasil kajian konsultan independen Poten & Partners tentang proyek Blok Masela dalam rapat kabinet terbatas yang digelar Presiden Joko Widodo.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (20/11/2015)./Bisnis.com- Akhirul Anwar
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (20/11/2015)./Bisnis.com- Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA-- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said memaparkan hasil kajian konsultan independen Poten & Partners tentang proyek Blok Masela dalam rapat kabinet terbatas yang digelar Presiden Joko Widodo.

Rapat kabinet tersebut juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman rizal Ramli, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto, dan Dirut PLN Sofyan Basir.

"Arahan presiden kan bulan Oktober diminta supaya ada kajian konsultan independen dan kajiannya sudah selesai, kita sudah mendapat laporan. SKK Migas sudah mengajukan usulan POD [plan of development], dan ini mau dijelaskan ke rapat. Nanti setelah dijelaskan akan ada keputusan," tuturnya di Kantor Presiden, Selasa (29/12).

Berdasarkan kajian konsultan asing itu, lanjut Sudirman, proyek Blok Masela lebih efisien apabila digarap dengan floating liquifiies natural gas (FLNG). SKK Migas pun cenderung sependapat tentang penggunaan FLNG di Blok Masela yang akan digarap oleh konsorsium Inpex dan Total.

Sebelumnya, Menko Kemaritiman Rizal Ramli mempersoalkan rencana pembangunan kilang gas alam cair terapung (FLNG) di Blok Masela. Menurutnya, lebih baik membangun kilang LNG darat (onshore) di Pulau Aru, Kepulauan Maluku.

Investasi kilang LNG onshore diklaim lebih murah dibanding FLNG yakni US$19,3 miliar dibanding US$14,6 miliar-15 miliar. Selain lebih hemat, multiplier efek juga disebut lebih banyak lantaran tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih besar dan potensi pengembangan industri hilir, seperti petrokimia dan pupuk.

Sementara itu, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan perseroan masih mengkaji apakah akan berpartisipasi dalam operasi Blok Masela atau tidak.

"Ya pertamina akan lihat apakah baik Pertamina untuk masuk atau tidak," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper