Bisnis.com, JAKARTA—PT Citra Waspphutowa memperketat pengamanan konstruksi ruas tol Depok—Antasari pasca rubuhnya tiang penyangga di titik Pier Head 40, pekan lalu. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi amblasnya tanah penyangga tiang pada musim hujan yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun depan.
Direktur Utama PT CW Tri Agus Riyanto mengatakan kejadian rubuhnya tiang penyangga di titik P40 di Kelurahan Pondok Labu terjadi pada Sabtu (12/12/2015) malam. Lebatnya hujan yang terjadi pada siang hari mengakibatkan daya topang tanah penyangga yang berada di sekitar tiang menurun dan amblas.
“Ibarat orang, kemarin itu payung kita kurang lebar jadi masih basah, masih masuk angin. Kalau sekarang sudah tahu kejadian seperti itu ya pelindungnya diperlebar,” ujarnya melalui sambungan telepon, Senin (14/12/2015).
Dia menegaskan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, pihaknya menolak menyebutkan biaya kerugian maupun dana yang disiapkan untuk memperbaiki kerusakan itu.
Tri menuturkan saat ini puing reruntuhan di lokasi kejadian telah dibersihkan dan siap untuk dibangun ulang. Tim teknik juga tengah melakukan evaluasi dan merencanakan upaya antisipasi untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa datang.
“Prosedur SMK3 [Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja] sudah dilakukan. Hanya saja memang di tempat kami kelihatannya memang semrawut karena tempatnya sedikit,” ujarnya.
Dia menegaskan, kerusakan ini tidak akan mempengaruhi proses konstruksi seksi I Antasari—Sawangan sepanjang 12 km. Saat ini, pihaknya telah menyelesaikan 20% pembangunan atau sekitar 2,4 km dan tengah bersiap melakukan pengecoran empat tiang pondasi baru. Adapun konstruksi seluruh ruas seksi I ditargetkan dapat selesai pada 2016.
Seperti diketahui, tol dengan nilai investasi total mencapai Rp 3 triliun ini dikelola oleh PT Citra Washpphutowa, perusahaan patungan PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) dengan PT Wasita Karya, PT Hutama Karya, dan PT Pembangunan Perumahan. Biaya konstruksi tahap pertama diperkirakan sekitar Rp1,3 triliun, sedangkan tahap kedua sekitar Rp700 miliar.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono menekankan bahwa dalam proyek infrastruktur di 2016, komponen K3 harus dimasukkan dalam biaya proyek dengan nilai yang realistis. Hal tersebut guna menjamin agar pelaksanaan proyek dapat memenuhi ketentuan K3.
“Saya minta ada pay item sendiri di dalam kontrak supaya mereka tidak ada alasan lagi untuk tidak melaksanakan K3,” ujarnya.
Menteri Basoeki gelisah dengan banyaknya kontraktor lokal yang kurang memperhatikan prosedur K3. Dia menilai proyek yang diawasi oleh konsultan asing justru lebih memenuhi prosedur keselamatan. Dalam beberapa kesempatan, dia menunjuk proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta sebagai proyek yang patut dijadikan percontohan mengenai SMK3.
Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat sektor konstruksi dan manufaktur berkontribusi cukup besar terhadap tingkat kecelakaan kerja yakni sekitar 32%, disusul dengan sektor lain seperti transportasi 9%, kehutanan 4% dan pertambangan 2%.
Runtuhnya tiang di ruas tol Depok—Antasari ini turut menambah catatan kecelakaan konstruksi yang terjadi sepanjang 2015. Sebelumnya, alat berat berupa crane sempat terguling pada proyek Normalisasi Ciliwung. Belum lagi kasus kegagalan konstruksi lain seperti rubuhnya deck Jembatan Dompak di Riau dan runtuhnya hanggar bandara Sultan Hasanuddin di Makassar beberapa waktu lalu.