Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus memacu pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral (smelter) guna meningkatkan nilai tambah dan mendongkrak nilai ekspor industri logam.
Beberapa tahun belakangan, nilai ekspor produk industri logam terus naik. Pada 2012 dan 2013, nilai ekspornya berturut-turut sebesar US$9,7 miliar dan US$10 miliar atau naik sebesar 2,6%.
Sebaliknya, nilai impor produk industri logam pada periode yang sama sebesar US$21,4 miliar dan US$20,4 miliar atau menurun sebesar 4,9%.
"Itu membuktikan industri logam dalam negeri menjadi salah satu penopang ekonomi, pengembangan smelter terus menaikkan nilai ekspor dan penguatan struktur industri," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) & Talkshow “Realita dan Arah Keberlanjutan Industri Pengolahan dan Pemurnian Dalam Negeri” di Gedung Kemenperin, Selasa (15/12/2015).
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian menunjukkan industri logam termasuk dalam tiga besar pendukung pertumbuhan PDB non migas selain industri alat transportasi dan industri makanan dan minuman.
Kontribusi pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 5,61% pada 2014 yang berarti lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional pada periode yang sama sebesar 5,02%.
Menperin juga mengingatkan, industri pengolahan dan pemurnian memiliki visi jangka panjang.
“Kita memang cermati, harga jual produk smelter sedang turun di pasar global namun kita tentu harus melihat jauh ke depan dalam membangun industri ini. Efeknya akan terasa pada 5-20 tahun ke depan, jadi jangan sebatas dua tiga tahun,” tegasnya.