Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diproyeksi membutuhkan banyak pembangkit listrik di atas kapal (Marine Vessel Power Plant/MVPP) mengingat kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan.
Presiden Joko Widodo mengatakan pasokan listrik selalu menjadi keluhan yang kerap diungkapkan masyarakat, pemerintah daerah, dan investor dalam kunjungan kerjanya. Oleh sebab itu, pemerintah menggulirkan program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 Megawatt hingga 2019.
"Setiap saya ke daerah, provinsi maupun kabupaten/kota, selalu keluhannya adalah kurang listrik, krisis listrik, mati lampu," ujarnya seusai meresmikan MVPP "Kardeniz Powership Zeynep Sultan" yang akan berlayar menuju Amurang, Sulawesi Utara, di Terminal Kendaraan Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (8/12/2015).
Sembari menunggu realisasi proyek 35.000 MW, kata Jokowi, diperlukan program alternatif yang dapat menjembatani kebutuhan listrik masyarakat di berbagai pulau di Tanah Air secara cepat.
Menurut Jokowi, sebagai negara kepulauan dengan total lebih dari 17.000 pulau, Indonesia kemungkinan membutuhkan lebih banyak MVPP atau powership yang beroperasi secara mobile.
"Karena negara kita adalah negara kepulauan, kita memiliki 17.000 pulau, saya kira pembangkit listrik di atas kapal seperti ini, yang bisa mobile, bergerak dari satu pulau ke pulau lain, saya kira memang kemungkinan ini yang paling tepat untuk Indonesia," tuturnya.
Tahun ini, PT PLN (Persero) menyewa lima MVPP dari perusahaan Turki Karpowership dengan total kapasitas daya 540 MW. Ke depan, Jokowi memproyeksi semakin banyak kebutuhan pembangkit listrik di atas kapal di Indonesia.
""Tadi saya ketemu dengan pemilik, saya sampaikan bahwa untuk setelah yang lima ini, berikutnya harus dibangun di Indonesia. Karena kebutuhan kita kapal seperti ini akan banyak sekali," ujar Jokowi.