Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persepsi Investor Asing Terhadap Indonesia Belum Pulih

Menjelang penutupan tahun, persepsi investor asing terhadap Indonesia masih belum positif. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi negeri dan paket kebijakan ekonomi yang belum dieksekusi.

Bisnis.com, SURABAYA - Menjelang penutupan tahun, persepsi investor asing terhadap Indonesia masih belum pulih sebagai akibat kondisi ekonomi yang melambat dan paket kebijakan ekonomi yang belum dieksekusi.

Managing Director Head of Global Markets HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan minat investor yang bergerak di capital market di Indonesia masih mengalami penurunan. Kendati tidak menyebut presentasenya, data HSBC menyebutkan pada tahun ini hampir tidak ada uang masuk dalam bentuk equitas.

"Yang ada adalah uang keluar. Investor mencabut investasinya dari Indonesia," katanya di Surabaya, Senin (29/11/2015).

Adapun uang masuk dalam bentuk bond pada tahun ini hanya bertambah Rp40 triliun. Jumlah tersebut dinilai tidak banyak apabila dibandingkan dengan jumlah tahun lalu yang bisa mencapai dua kali lipatnya.

Dia menjelaskan dana portofolio investor asing sifatnya berputar. Apabila asing tidak melihat keuantungan investasi di Indonesia maka dana tersebut otomatis akan ditarik.

"Investor asing melihat negara mana yang return of investment nya lebih bagus. Persepsi mereka terhadap Indonesia mulai goyah alhasil mulai Maret udah gak ada duit masuk, pada ditarik semua," terangnya.

Menurutnya, elemen yang paling dibutuhkan investor asing adalah komitmen. Selama ini, pemerintah Indonesia dinilai tidak  memiliki komitmen terhadap peraturan yang dibuat, salah satunya adalah beberapa jilid paket kebijakan ekonomi yang ditelurkan.

Dari beberapa perusahaan yang didata HSBC, mereka belum dapat memanfaatkan satu pun dari relaksasi aturan paket kebijakan ekonomi.

"Eksekusinya masih nol. Pemerintah kita terlalu reaktif terhadap sentimen negatif di luar sana tapi hanya sebatas gembar-gembor tanpa realisasi," ujarnya,

Kondisi tersebut dinilai membahayakan untuk iklim investasi di Indonesia, terlebih bagi investor asing yang membutuhkan kejelasan. Salah satu contoh yaitu pemberian insentif pajak berupa tax holiday atau tax allowance yang belum dapat dinikmati.

Ali menilai kebijakan paket kebijakan ekonomi terlalu akademis dan idealis. Padahal ekonomi di Indonesia masih belum ideal.

Implementasi paket kebijakan ekonomi dinilainya masih belum tersampaikan dengan baik di baik di tingkat pusat, daerah maupun kepada pelaku usaha.

Ketua Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya Mulyanto mengatakan hingga saat ini keterkaitan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah masih minim.

"Sinkronisasi harus sampai ke daerah karena investasi melibatkan perizinan di setiap daerah," ujarnya.

Dia menerangkan seharusnya paket kebijakan ekonomi di pusat harus diteruskan kepada pihak terkait di daerah seperti Gubernur dan asosiasi pengusaha daerah.

Sebelumnya, Sekretaris Umum ISEI Aviliani menuturkan selama ini seringkali terdapat perbedaan pandangan di antara pemerintah pusat, daerah dan pengusaha yang pada akhirnya menghambat implementasi dan kesinambungan kebijakan.

Aviliani menekankan, paket kebijakan yang sudah dirilis memang belum bisa dirasakan dalam jangka pendek. Hal inilah yang kemudian memicu kritik dari pihak pengusaha. Pasalnya para pelaku bisnis juga membutuhkan kebijakan bersifat jangka pendek yang dapat segera dirasakan dampaknya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper