Bisnis.com, DENPASAR - Masyarakat di Pesisir Amed, Kabupaten Karangasem, mengajukan produk garam Amed sebagai salah satu indikasi geografis asal Bali.
Ketua Perhimpunan Masyarakat Indikasi Garam Amed I Nengah Suanda memaparkan keunikan garam dari wilayah timur Bali itu adalah memiliki rasa khas, harum, agak keras, dan tidak pahit.
"Karena garam di sini diproses menggunakan sistem tradisional termasuk peralatannya memakai palung dari pohon kelapa dan tinjungan untuk menyortir air," ujarnya, Selasa (5/11/2015).
Menurutnya, status indikasi geografis diyakini akan membantu petani mempertahankan produksi garam, karena lahan mereka terancam oleh pembangunan sarana akomodasi wisata. Hingga saat ini, jumlah petani garam di Amed tersisa 32 orang, karena sudah banyak beralih profesi ke sektor pariwisata.
Suanda menuturkan saat ini produksi garam Amed setiam musim mencapai 20 ton yang dihasilkan dari 2.000 meter persegi. Dia menyatakan kualitas garam Amed sudah dibuktikan melalui studi yang dilakukan lembaga dari Prancis.
Dijelaskan olehnya, petani garam di Amed terkendala masalah ancaman alih fungsi lahan dan juga kontuitas produk. Sebetulnya, jelasnya, sudah ada perusahaan menyatakan siap menerima produksi petani, tetapi meminta dalam jumlah besar.