Bisnis.com, JAKARTA—Iklim dunia konstruksi yang lebih baik akan berimplikasi terhadap peningkatan minat generasi muda untuk terjun ke dunia teknik. Hal ini demi mengurangi gap antara kebutuhan dan ketersediaan insinyur di tengah agenda pembangunan yang semakin masif.
Ketua Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Provinsi DKI Jakarta Peter Frans mengatakan, saat ini ketersediaan insinyur di DKI Jakarta baru sepertiga dari total kebutuhan.
Hal tersebut tidak terlepas dari iklim usaha jasa konstruksi dan konsultan yang kurang kondusif dan juga billing rate yang rendah. Sebagian lulusan teknik pun tidak berprofesi di bidang teknik.
“Saat ini belum ada sinergi antara kita dengan pihak penegak hukum, sehingga kasus-kasus perdata dengan mudah jadi pidana. Ini kan menyebabkan pelaku pembangunan menjadi takut dan generasi muda juga tidak berminat untuk terjun ke bidang konstruksi,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/10/2015).
Sejauh ini, tengah diupayakan agar kalangan dosen dapat terlibat untuk menutupi gap kebutuhan insinyur ini. Meski demikian, berdasarkan aturan negara, dosen dari universitas negeri tidak dimungkinkan untuk terlibat dalam penanganan proyek.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia, Galuh Widati mengatakan, tren minat generasi muda untuk menempuh pendidikan keteknikan pun semakin menurun selama lima tahun terakhir.
Akan tetapi, dirinya optimis akan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa baru di bidang teknik setelah pemerintah mencanangkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas. Untuk itu, dirinya berharap ada perbaikan iklim usaha di bidang konstruksi.
“Sekarang banyak yang gamang dan takut untuk ikut proyek pemerintah karena belum apa-apa sudah ditangkap KPK, sehingga banyak yang ingin tangani proyek swasta saja. Di era MEA nanti, proyek pemerintah yang banyak ini bisa-bisa jadi santapan orang asing,” katanya.