Bisnis.com, JAKARTA - DBS Group Research menilai bergabungnya Indonesia dalam Trans Pacific Partnership (TPP) yang dipelopori oleh Amerika Serikat tersebut tidak berdampak besar bagi perekonomian Indonesia.
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengatakan saat ini Indonesia sebagai negara kawasan di Asean telah bergabung dalam Free Trade Agreement (FTA).
"Perlu diingat TPP bedanya apa dengan yang dipunya Indonesia saat ini? Sebenarnya Indonesia sebagai anggota Asean sudah punya FTA dengan hampir semua anggota TPP, termasuk AS," ujarnya seusai acara DBS Insights Media Luncheon di Jakarta, Selasa (27/10/2015).
Dia menuturkan dalam jangka pendek, bergabungnya Indonesia dalam TPP ini tidak memiliki dampak yang begitu besar.
Kendati demikian, dengan bergabungnya Indonesia dengan TPP memunculkan sinyal penting bahwa Indonesia siap dalam menghadapi perdagangan bebas.
"Bergabungnya Indonesia memunculkan sinyal penting bahwa Indonesia siap dalam perdagangan bebas di mana nantinya tidak dikenakan pajak antarnegara," katanya.
Menurut Gundy, proses TPP hingga implementasinya akan membutuhkan waktu yang lama.
Indonesia perlu memperhitungkan kemungkinan terjadinya perubahan kebijakan AS karena tahun depan akan ada pergantian kepala pemerintahan.
"Yang perlu kita ingat juga, TPP ini bukannya satu hal yang bakal menjadi otomatis langsung ke rasa ya. Tidak kan? Prosesnya rumit apalagi tahun depan bakal ada pergantian presiden AS. Bukan hal yang tidak mungkin, kebijakannya akan berubah," tutur Gundy.
TPP meliputi pakta perdagangan antar-negara-negara di Asia Pasifik yang meliputi 12 negara, yaitu AS, Jepang, Brunei, Chile, New Zealand, Singapura, Australia, Kanada, Malaysia, Meksiko, Peru, dan Vietnam.
Dia menambahkan apabila Indonesia tidak ikut dalam TPP dikhawatirkan Vietman akan mengalahkan Indonesia. Pasalnya, saat ini Vietnam tengah gencar meningkarkan akses ekspor industri manufakturnya.
"Sementara kita tahu sendiri, Indonesia juga mau untuk membangun sektor manufaktur. Jadi mungkin dari segi itu, adanya minat dari Indonesia ‘kita juga perlu nih masuk ke TPP ini’ soalnya kita jangan takut nantinya kita diduluin sama Vietnam misalkan dari segi manufacturing," terang Gundy.