Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor produk furnitur hingga saat ini melebihi US$2 miliar, atau melampaui target pertumbuhan 10% dari capaian tahun lalu berkisar US$1,8 miliar.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Lisman Sumardjani mengatakan peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya permintaan yang naik dari pasar-pasar utama ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Jepang.
Selain itu, adanya pertumbuhan kebutuhan di pasar nontradisional seperti Maroko, Yordania hingga Amerika Latin juga memperluas sasaran ekspor.
“Memang pertumbuhan ekonomi di beberapa negara tidak signifikan. Eropa malah banyak masalah. Tapi memang pasar global ini, sudah lama pertumbuhannya lambat. Artinya sudah lama mereka tidak belanja dan stoknya habis. Nah, tahun inilah mereka belanja besar,” ujarnya pada Bisnis.com.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan kendati data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menghimpun keseluruhan kinerja industri belum keluar, pihaknya merasakan adanya sedikit perbaikan data kinerja ekspor.
“Kalau dalam kondisi yang kami rasakan sekarang, memang terjadi recovery, terutama untuk pasar Amerika Serikat. Ada pertumbuhan yang cukup baik, mungkin sekitar 4%,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa sepanjang semester pertama terjadi kenaikan ekspor sekitar 2%, atau senilai US$932 juta dari periode yang sama pada 2014. Kendati ada penurunan sekitar 7% di pasar Eropa, namun penurunan tersebut masih bisa dikompensasi dengan besarnya pangsa pasar untuk Amerika Serikat dibanding Eropa.
“Memang market utama industri mebel dan kerajinan ini sebagian besar ke Amerika Serikat. Khusus di sana saja, target kami itu US$700 juta – US$800 juta per tahun,” ujarnya.