Bisnis.com, JAKARTA – Badan Koordinasi Penanaman Modal mengatakan bahwa porsi realisasi investasi untuk sektor manufaktur semakin meningkat, menjadi 44,1% hingga kuartal III/2015 dibanding tahun lalu yang hanya 41,7%.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengatakan bahwa kenaikan porsi untuk sektor manufaktur dibandingkan sektor lain cukup menarik di tengah kondisi pelemahan ekonomi yang kurang baik.
“Dari kuartal I – kuartal III yang paling besar di sektor industri manufaktur. Ini sinyal yang baik dari investor untuk merespons dorongan pemerintah, melalui perubahan dari konsumsi ke produksi, investasi, dan juga ke industri,” ujarnya pada konferensi pers realisasi investasi kuartal III/2015, Kamis (22/10/2015).
Sepanjang Januari-September 2015, tercatat ada Rp63 triliun penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan Rp109,1 triliun penanaman modal asing (PMA) yang masuk. Adapun total keseluruhan realisasi investasi sepanjang Januari-September mencapai Rp400 triliun.
Dia menjelaskan, dari hampir seluruh sektor prioritas yang ditetapkan BKPM mengalami pertumbuhan, termasuk sektor industri berorientasi ekspor yang naik 10,4% dan industri substitusi impor sebesar 5,9%.
Sedangkan untuk sektor industri yang mengalami penurunan jumlah investasi ialah industri padat karya yang terdiri dari industri tekstil dan produk tekstil, industri kulit dan alas kaki, industri furnitur serta industri makanan dan minuman. Sektor ini secara kumulatif mengalami penurunan 13%.
“Dengan adanya paket kebijakan yang mengutamakan industri padat karya, saya yakin ke depan investasi di sektor ini akan meningkat. Tentunya BKPM juga akan tetap berikan usulan [untuk paket kebijakan selanjutnya] untuk bisa mendorong ini,” jelasnya.
Franky mencontohkan bahwa BKPM sedang berupaya agar industri padat karya di Pulau Jawa bisa mendapatkan insentif tax allowance, dari yang sebelumnya hanya diprioritaskan di luar Jawa. Menurutnya, Jawa sebagai pulau berpenduduk banyak bisa menyediakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan industri padat karya.